
RI News Portal. Jakarta, 14 September 2025 – Dalam upaya memperkuat identitas nasional melalui pelestarian warisan budaya, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengumumkan rencana pemugaran Candi Panataran di Blitar, Jawa Timur. Pernyataan ini disampaikan sebagai bagian dari komitmen Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) untuk merawat memori kolektif bangsa, sekaligus menjadikan situs-situs bersejarah sebagai sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
“Ini merupakan bagian dari warisan budaya sehingga perlu adanya pemugaran,” ujar Fadli Zon pada Minggu (14/9/2025). Menurutnya, proyek ini bukan sekadar restorasi fisik, melainkan langkah strategis untuk menegaskan peran kebudayaan sebagai fondasi pembangunan nasional. Pemugaran Candi Panataran dijadwalkan dimulai segera setelah penyelesaian proyek serupa di Candi Jago, yang saat ini sedang berlangsung di Kecamatan Tumpang, Malang, Jawa Timur. Candi Jago, yang mulai dipugar sejak Mei 2025, diharapkan rampung pada November 2025.
Candi Panataran, yang juga dikenal sebagai Candi Palah, memegang nilai historis yang mendalam bagi peradaban Nusantara. Dibangun pada masa Kerajaan Kediri sekitar abad ke-12 dan terus digunakan hingga era Kerajaan Majapahit pada abad ke-15, candi ini mencerminkan perjalanan panjang budaya Jawa. Terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, situs ini kaya akan relief yang menggambarkan narasi epik seperti cerita Panji, Ramayana, dan Kresnayana, serta Prasasti Palah yang mencatat awal pembangunannya. Relief-relief ini tidak hanya berfungsi sebagai seni visual, tetapi juga sebagai dokumen hidup yang merekam dinamika sosial, agama, dan politik pada masa itu.

Dari perspektif akademis, Candi Panataran sering dikaji sebagai contoh integrasi antara arsitektur Hindu-Buddha dengan elemen lokal Jawa. Penelitian etnomatematika, misalnya, menyoroti bagaimana struktur bangunannya seperti Bale Agung, Pendhopo Teras, dan Candi Naga mengandung konsep geometri dan simbolisme budaya yang kompleks. Selain itu, relief-reliefnya menawarkan wawasan tentang mitologi dan kehidupan sehari-hari, termasuk adegan unik seperti medali dan panel yang menggambarkan kisah-kisah moral. Pemugaran ini diharapkan tidak hanya mempertahankan integritas fisik situs, tetapi juga memfasilitasi penelitian lebih lanjut, termasuk analisis diskursif atas artefak historis yang dapat memperkaya pemahaman tentang konektivitas Asia pada abad ke-11 hingga ke-12.
Fadli Zon menekankan bahwa Kemenbud berkomitmen penuh untuk menjadikan kebudayaan sebagai pilar utama dalam pembangunan nasional. “Upaya ini memastikan nilai-nilai luhur diwariskan kepada generasi mendatang sekaligus mendorong kebudayaan menjadi kekuatan pemersatu bangsa Indonesia,” tambahnya. Inisiatif ini sejalan dengan tren global di mana pelestarian situs bersejarah seperti Candi Panataran—yang pernah menjadi sanctuary favorit Raja Hayam Wuruk pada puncak kejayaan Majapahit—dilihat sebagai investasi dalam identitas kolektif.
Baca juga :
Proyek pemugaran Candi Jago sendiri, yang menjadi prasyarat bagi Panataran, menargetkan restorasi kuil Hindu abad ke-13 dari era Singhasari. Berlokasi sekitar 22 km dari Malang, candi ini dikenal dengan relief Aridharma yang mengandung pesan filosofis dan upaya konversi agama pada masanya. Kedua proyek ini menandai momentum penting bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan degradasi situs bersejarah akibat faktor alam dan urbanisasi.
Dengan pendekatan ini, Kemenbud tidak hanya fokus pada aspek teknis pemugaran, tetapi juga pada integrasi pendidikan dan pariwisata berkelanjutan. Para ahli sejarah dan arkeolog menyambut baik rencana ini, melihatnya sebagai kesempatan untuk mendalami narasi Nusantara yang sering terlupakan di tengah modernisasi.
Pewarta : Setiawan
