
RI News Portal. Taipei — Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, melakukan kunjungan langka ke Tibet pada Rabu (20/8/2025) untuk memperingati 60 tahun konsolidasi kekuasaan Beijing atas wilayah Himalaya tersebut. Kunjungan ini menjadi sorotan karena Tibet selama puluhan tahun dikenal sebagai wilayah yang penuh ketegangan politik, sosial, dan kultural.
Menurut laporan Kantor Berita Xinhua, Xi disambut meriah oleh warga di ibu kota Lhasa dengan tarian dan bunga. Dalam pidatonya, Xi menyerukan pembangunan Tibet sebagai “masyarakat sosialis modern” yang bersatu, makmur, dan harmonis.
Namun, di balik narasi resmi pemerintah Tiongkok, sejarah panjang Tibet mencatat represi politik yang dalam. Pasukan Komunis menduduki Tibet pada 1951, dan pada 1965 rezim Mao Zedong menetapkan wilayah itu sebagai Daerah Otonomi Tibet. Sejak saat itu, banyak biara Buddha dihancurkan, sejumlah biksu dipenjara, dan kebebasan beragama dibatasi.

Dalam beberapa dekade terakhir, kebijakan asimilasi semakin diperketat. Migrasi besar-besaran etnis Han ke Tibet, penutupan akses bagi jurnalis dan pengamat asing, serta pemindahan anak-anak Tibet ke sekolah berasrama dengan kurikulum berbahasa Mandarin menimbulkan kekhawatiran hilangnya identitas budaya Tibet.
Isu lain yang sensitif adalah posisi Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet yang kini berusia 90 tahun dan hidup dalam pengasingan di India sejak 1959. Beijing bersikeras memiliki hak untuk menentukan reinkarnasi Dalai Lama berikutnya, sebuah langkah yang ditolak oleh komunitas Tibet di pengasingan. Bahkan, sehari sebelum kunjungan Xi, warga Tibet di India menggelar aksi protes menentang kedatangan Menteri Luar Negeri Tiongkok ke negara tersebut.
Para pengamat menilai represi di Tibet semakin sistematis sejak pembubaran paksa aksi protes anti-pemerintah pada 2008. Sementara itu, Beijing mengklaim berhasil meningkatkan taraf hidup rakyat Tibet melalui pembangunan infrastruktur dan pengentasan kemiskinan.
Baca juga : AS Kerahkan Kapal Perusak ke Venezuela, Maduro Sebut “Imperialisme Sudah Gila”
Tibet juga memiliki nilai strategis tinggi karena berbatasan langsung dengan India. Pembangunan jalan dan fasilitas militer di kawasan selatan Tibet terus dilakukan oleh Beijing, mempertegas potensi eskalasi di kawasan perbatasan yang sudah lama dipersengketakan.
Kunjungan Xi Jinping kali ini dipandang bukan sekadar seremoni peringatan sejarah, tetapi juga sebagai penegasan simbolis atas klaim penuh Tiongkok terhadap Tibet di tengah kritik internasional terkait isu hak asasi manusia dan kebebasan beragama di wilayah tersebut
Pewarta : Setiawan S.TH
