
RI News Portal. New York, 12 Juli 2025 — Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) internasional yang digagas oleh Prancis dan Arab Saudi sebagai upaya mendorong solusi damai bagi konflik Israel-Palestina dijadwalkan ulang ke tanggal 28–29 Juli 2025. Konferensi ini akan digelar di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, setelah sebelumnya sempat tertunda karena eskalasi ketegangan antara Israel dan Iran.
Menurut laporan The Jerusalem Post, KTT ini akan dipimpin bersama oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Kedua negara dipandang memiliki posisi strategis dalam diplomasi global dan memainkan peran penting sebagai penyeimbang geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Penundaan jadwal semula—yang direncanakan berlangsung pada bulan Juni 2025—disebabkan oleh meningkatnya konflik bersenjata antara Israel dan Iran. Eskalasi ini mengganggu momentum diplomatik yang sebelumnya telah dibangun dan menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlangsungan forum multilateral tersebut.

KTT ini berfokus pada pencapaian konsensus internasional terkait implementasi solusi dua negara (two-state solution), yakni pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di samping negara Israel, dengan batas wilayah yang diakui secara internasional.
Pemerintah Prancis menyatakan bahwa forum ini bertujuan menciptakan kerangka kesepahaman global yang dapat mendorong lahirnya perundingan damai yang adil dan berkelanjutan. Pernyataan ini juga sejalan dengan seruan sebelumnya dari para pemimpin negara-negara Barat.
Pada bulan Juni lalu, pemimpin Prancis, Inggris, dan Kanada mengeluarkan pernyataan bersama yang menegaskan dukungan terhadap penyelenggaraan konferensi ini. Dalam pernyataan tersebut, mereka menyatakan komitmen politik untuk mengakui Palestina sebagai negara dan mendorong solusi damai melalui jalur diplomasi yang terkoordinasi di bawah naungan PBB.
KTT ini dipandang sebagai momentum penting bagi diplomasi internasional dalam penyelesaian isu Timur Tengah yang kompleks. Prancis dan Arab Saudi tampil sebagai kekuatan mediasi yang mencoba membangun jembatan antara berbagai kepentingan regional maupun global.
Baca juga : Pemerasan Bisnis Kian Mengkhawatirkan di Meksiko, Toko Keluarga Tutup Setelah 87 Tahun Operasi
Meski demikian, tantangan diplomatik masih sangat besar. Ketidakstabilan kawasan, dinamika dalam negeri masing-masing negara pihak, serta ketidakselarasan antara kekuatan-kekuatan besar dunia mengenai pendekatan terhadap konflik Israel-Palestina, masih menjadi kendala krusial dalam proses perundingan damai.
Namun demikian, penyelenggaraan KTT ini memberikan harapan baru terhadap penguatan kembali multilateralisme dalam penyelesaian konflik. Upaya bersama komunitas internasional untuk kembali mengedepankan hukum internasional dan resolusi PBB menjadi bagian integral dari agenda yang diusung dalam konferensi ini.
KTT Prancis-Arab Saudi ini bukan sekadar agenda diplomatik biasa, tetapi cerminan upaya kolektif global dalam mencari jalan keluar atas konflik berkepanjangan yang telah memakan korban jiwa dan menimbulkan ketidakstabilan regional selama puluhan tahun. Keberhasilan konferensi ini berpotensi menjadi titik balik penting bagi masa depan perdamaian di Timur Tengah dan menjadi preseden baru dalam penyelesaian konflik melalui jalur dialog dan diplomasi multilateral.
Pewarta : Setiawan S.TH

