
RI News Portal. Doha, Qatar – 1 Oktober 2025 – Di tengah laju pesat perkembangan kecerdasan buatan (AI), Konferensi Etika AI yang diselenggarakan oleh Hamad Bin Khalifa University (HBKU) baru saja menyimpulkan agenda dua harinya dengan seruan mendesak: pembentukan kerangka kerja terpadu yang tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga inklusif terhadap beragam tradisi moral di seluruh dunia. Acara ini, bertajuk “Konvergensi Teknologi dan Beragam Tradisi Moral”, menjadi tonggak penting dalam dialog global tentang AI, menandai pergeseran dari pendekatan Barat-sentris menuju visi yang lebih seimbang dan berbasis budaya.
Berbeda dari konferensi AI konvensional yang sering kali terfokus pada inovasi teknis semata, forum di Qatar ini menekankan kolaborasi lintas disiplin untuk menyelaraskan AI dengan nilai-nilai kemanusiaan yang beragam. Lebih dari sekadar diskusi, konferensi ini memicu kemitraan baru antara akademisi, pembuat kebijakan, pakar industri teknologi, dan ahli etika internasional. Para peserta, yang datang dari berbagai belahan dunia, berbagi perspektif unik yang menggarisbawahi urgensi solusi kolaboratif di era digital ini.
Diskusi konferensi terstruktur sekitar enam tema kunci yang mencerminkan aplikasi AI di kehidupan sehari-hari: perawatan kesehatan, desain perkotaan, keamanan, pendidikan, keuangan, dan masa depan tempat kerja. Setiap tema menjadi arena perdebatan mendalam tentang bagaimana AI dapat diintegrasikan tanpa mengorbankan prinsip etika. Misalnya, dalam sektor perawatan kesehatan, peserta membahas bagaimana AI memengaruhi hubungan dokter-pasien, dengan penekanan pada pemeliharaan kepercayaan, otonomi individu, dan martabat manusia di tengah diagnosis berbasis algoritma.

Salah satu sesi paling krusial mengeksplorasi penggunaan AI dalam konflik bersenjata, di mana para ahli menyelami dimensi hukum, etika, dan kebijakan terkait Sistem Pendukung Keputusan AI berdasarkan Hukum Humaniter Internasional. Debat ini menyoroti risiko AI dalam memperbesar ketidaksetaraan nilai kemanusiaan, terutama dalam situasi kompleks seperti peperangan, di mana keputusan otomatis bisa mengubah dinamika etika secara radikal. “Kita harus memastikan bahwa AI tidak menjadi alat yang mengaburkan garis antara kemajuan teknologi dan tanggung jawab moral,” ujar salah seorang panelis, mencerminkan nada hati-hati yang mendominasi ruang diskusi.
Setelah dua hari penuh dialog produktif, konferensi menyepakati rekomendasi strategis untuk masa depan AI yang selaras dengan keragaman moral masyarakat global. Inti dari rekomendasi ini adalah kebutuhan kerangka kerja menyeluruh yang melampaui dominasi perspektif Barat, menuju pendekatan yang adil dan inklusif terhadap semua elemen budaya dan moral. Para peserta menekankan pentingnya integrasi teknologi AI secara luas di berbagai sektor, disertai dengan penyelarasan kebijakan internasional untuk memaksimalkan manfaat sambil memitigasi risiko seperti bias algoritma atau penyalahgunaan data.
Baca juga : BP Tapera Tegaskan Kontinuitas Layanan di Tengah Reformasi Hukum Pasca Putusan MK
Inisiatif ini juga menyerukan persiapan generasi mendatang melalui pendidikan yang menggabungkan etika AI sebagai inti kurikulum. HBKU, sebagai tuan rumah, dipuji karena perannya sebagai pusat pengetahuan yang mendorong riset berbasis solusi untuk tantangan global. “Konferensi ini bukan akhir, melainkan awal dari gerakan kolektif untuk membentuk AI yang benar-benar melayani umat manusia,” kata perwakilan HBKU dalam pidato penutup.
Sebagai titik temu bagi suara-suara beragam, Konferensi Etika AI HBKU tidak hanya memperkaya wacana global, tetapi juga menetapkan standar baru untuk diskusi AI yang berwawasan ke depan. Di tengah ketegangan geopolitik dan kemajuan teknologi yang tak terbendung, acara ini mengingatkan bahwa etika bukanlah tambahan, melainkan fondasi utama. Dengan Qatar sebagai panggung, konferensi ini memperkuat posisi Timur Tengah sebagai pemain kunci dalam membentuk masa depan AI yang berkelanjutan dan adil.
Pembaca yang tertarik untuk mendalami lebih lanjut dapat mengakses materi konferensi melalui situs resmi HBKU, di mana rekaman sesi dan makalah akan segera tersedia. Acara seperti ini menandai era baru di mana teknologi dan moral tidak lagi bertabrakan, melainkan saling melengkapi.
Pewarta : Setiawan Wibisono
