RI News Portal. Surabaya, 4 November 2025 – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkolaborasi dengan musisi terkenal Kaka Slank dalam aksi penanaman mangrove di Pantai Martajasah, Kabupaten Bangkalan, pada Senin (3/11). Kegiatan ini menjadi highlight Festival Mangrove VIII, yang sekaligus memperingati Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur, menekankan peran ekosistem pesisir sebagai fondasi ketangguhan daerah di tengah ancaman perubahan iklim.
Dalam pernyataan yang diterima di Surabaya pada Selasa (4/11), Khofifah menegaskan bahwa ketangguhan ekologis merupakan elemen krusial dalam pembangunan regional. “Dari ekosistem yang lestari, lahir masyarakat yang tangguh, ekonomi yang inklusif, dan masa depan yang berkelanjutan. Ini bisa jadi referensi daerah-daerah lain. Ayo nandur, nandur, dan nandur,” katanya, mengajak partisipasi luas melalui gerakan “Ayo Nandur” yang digagas Pemprov Jawa Timur.
Acara dimulai dengan Khofifah mengendarai skuter listrik dari Pendopo Kabupaten Bangkalan menuju lokasi pantai, simbol komitmen terhadap mobilitas rendah emisi. Ia kemudian menanam bibit mangrove bersama Kaka Slank, Komandan Komando Daerah Angkatan Laut (Dankodaeral) V Surabaya Laksamana Muda TNI Ali Triswanto, Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (Dirjen PDASRH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dyah Murtiningsih, Bupati Bangkalan Lukman Hakim, serta pejabat terkait lainnya. Kolaborasi ini mencerminkan pendekatan multipihak dalam rehabilitasi lingkungan pesisir.

Festival tidak hanya fokus pada penanaman, melainkan serangkaian inisiatif holistik: pelepasliaran burung air, penebaran benih kepiting, pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar, sesi edukasi lingkungan bagi pelajar, pameran produk hilirisasi mangrove, serta kampanye gaya hidup rendah emisi. Khofifah menjelaskan bahwa lingkungan sehat adalah prasyarat pertumbuhan ekonomi berkeadilan. “Melalui ‘Ayo Nandur’, kami bangun kesadaran kolektif bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Data Peta Mangrove Nasional 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan Jawa Timur mengelola 30.839,3 hektare mangrove, setara 48,38 persen dari total di Pulau Jawa—meningkat 3.618 hektare sejak 2021. “Program Mangrove Lestari memperkuat ketahanan lingkungan dan mendukung target Net Zero Emission 2060. Ini ikhtiar kami untuk warisan generasi mendatang,” tambah Khofifah.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Jumadi merinci target 2025: rehabilitasi mangrove dan ekosistem asosiasinya seluas 85,1 hektare, dengan potensi penyerapan karbon hingga 3.435,49 ton CO₂ ekuivalen. Upaya ini selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, di mana restorasi mangrove tidak hanya mitigasi abrasi dan banjir, tapi juga pendorong ekonomi lokal melalui produk turunan seperti sirup atau kerajinan.
Baca juga : Dugaan Penggelapan Dana Desa di Kampung Dah: Mantan Penjabat Akui Penyelewengan, Janji Ganti Kerugian
Kaka Slank, yang aktif dalam advokasi lingkungan, memuji inisiatif Khofifah sebagai model kepemimpinan. “Kepala daerah seperti Bu Gubernur membuat saya yakin cita-cita Jatim Lestari akan terwujud. Kepada generasi muda, pelestarian mangrove adalah investasi surga,” tuturnya, menekankan nilai etis dan jangka panjang aksi lingkungan.
Festival Mangrove VIII ini menandai evolusi dari sekadar penanaman menjadi platform integrasi ekologi, sosial, dan ekonomi. Di tengah proyeksi kenaikan permukaan air laut yang mengancam 42 kabupaten/kota pesisir di Indonesia, inisiatif Jawa Timur menawarkan blueprint nasional: kolaborasi lintas sektor untuk resiliensi yang inklusif. Para ahli lingkungan menilai, pendekatan ini dapat direplikasi untuk mempercepat pemulihan ekosistem nasional, sekaligus membangun masyarakat yang adaptif terhadap krisis iklim.
Pewarta : Wisnu Harmoko

