
RI News Portal. Dakar 07 Juli 2025 — Kelompok tentara bayaran Wagner yang didukung Rusia mengumumkan pengunduran diri mereka dari Mali setelah lebih dari tiga setengah tahun berperang melawan kelompok militan dan pemberontak Islam di negara Afrika Barat itu.
Pengumuman ini disampaikan pada hari Jumat melalui saluran Telegram resmi Wagner. Kelompok tersebut menyatakan telah berhasil menguasai seluruh ibu kota regional di Mali, mengusir militan bersenjata, dan menewaskan komandan-komandan mereka. “Misi telah tercapai. Perusahaan Militer Swasta Wagner kembali ke rumah,” tulis mereka.
Meski demikian, Rusia menegaskan akan tetap mempertahankan pasukan tentara bayaran di Mali melalui Korps Afrika, pasukan paramiliter di bawah kendali langsung Kementerian Pertahanan Rusia. Dalam pernyataan resmi di Telegram, Korps Afrika menyatakan kepergian Wagner tidak akan mengubah keberadaan kontingen Rusia di Mali.

Mali, bersama Burkina Faso dan Niger, telah selama lebih dari satu dekade berjuang melawan pemberontakan kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIS. Setelah pengaruh Barat menurun, Rusia berupaya mengisi kekosongan tersebut dengan menawarkan bantuan militer, termasuk melalui keberadaan Wagner. Namun, setelah kematian pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, akibat kecelakaan pesawat pada 2023, Moskow mulai mengalihkan peran Wagner ke Korps Afrika.
Menurut pejabat Amerika Serikat, sekitar 2.000 tentara bayaran Rusia beroperasi di Mali, namun belum jelas proporsi antara Wagner dan Korps Afrika.
Analis keamanan Beverly Ochieng menyebutkan bahwa Rusia tengah merundingkan penambahan pejuang Korps Afrika dan integrasi tentara Wagner ke dalam pasukan yang dikendalikan negara. “Korps Afrika merupakan langkah Rusia untuk mempertahankan kehadiran paramiliter di wilayah tersebut,” ujarnya.
Wagner hadir di Mali sejak akhir 2021 setelah kudeta militer yang menggantikan peran pasukan Prancis dan penjaga perdamaian internasional. Namun, operasi militer ini sering menuai kritik karena dugaan pelanggaran terhadap warga sipil. Pada bulan Desember, Human Rights Watch menuduh tentara Mali dan Wagner membunuh sedikitnya 32 warga sipil dalam kurun delapan bulan. PBB juga mendesak penyelidikan terkait dugaan eksekusi dan penghilangan paksa yang dilakukan tentara bayaran Wagner.
Baca juga : Rusia Lancarkan Serangan Udara Terbesar, Ukraina Guncang – Harapan Damai Kian Pupus
Pengunduran diri Wagner ini terjadi setelah pasukan Mali dan tentara bayaran Rusia mengalami kerugian besar akibat serangan kelompok JNIM, yang berafiliasi dengan al-Qaeda, termasuk serangan mematikan pekan lalu yang menewaskan puluhan tentara di Mali tengah.
Rida Lyammouri, pakar wilayah Sahel, menilai keputusan mendadak ini mungkin dipicu oleh pertikaian internal dan kerugian militer. “Ini juga bisa menjadi indikasi kerangka kerja baru bagi kehadiran Rusia di Mali,” ujarnya.
Sementara itu, penggantian Wagner dengan Korps Afrika diperkirakan akan mengubah pendekatan Rusia dari pertempuran langsung ke fokus pelatihan dan dukungan logistik. Ulf Laessing dari Yayasan Konrad Adenauer mengatakan, “Korps Afrika lebih berfokus pada pelatihan, penyediaan peralatan, dan perlindungan, dengan peran tempur yang jauh lebih kecil dibanding Wagner.”
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
Selamat pagi semua nya di manapun berada pesssel hadir