RI News Portal. Subulussalam, 12 Desember 2025 – Pasca-banjir bandang dan longsor yang melanda Kota Subulussalam pada akhir November lalu, masyarakat kini menghadapi masalah baru: tabung gas LPG 3 kilogram yang mendadak langka dan dijual jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp20.500 per tabung.
Di berbagai kecamatan, harga LPG melonjak hingga Rp40.000–Rp50.000 per tabung, bahkan ada yang mencapai Rp55.000 di tingkat pengecer keliling. Kenaikan dua kali lipat lebih ini terjadi hanya dalam hitungan hari setelah bencana, padahal kebutuhan gas untuk memasak menjadi semakin krusial bagi ribuan kepala keluarga yang rumahnya masih tergenang atau rusak.
Jumiatun (47), warga Desa Lae Orbo, Kecamatan Sultan Daulat, mengaku harus antre sejak pukul 05.00 pagi di salah satu pangkalan resmi. “Baru saja truk bongkar sekitar 200 tabung, belum sampai sepuluh menit sudah habis semua. Padahal saya lihat sendiri tabung-tabung itu langsung dimasukkan ke mobil-mobil pribadi yang sudah menunggu,” ceritanya dengan nada kesal, Rabu (11/12) sore.

Pengamatan serupa dilaporkan warga di Kecamatan Simpang Kiri dan Penanggalan. Stok di pangkalan resmi sering kali “lenyap” dalam hitungan menit setelah kedatangan truk pengangkut. Tak lama berselang, penjual keliling muncul di kampung-kampung menawarkan tabung yang sama dengan harga Rp45.000–Rp50.000.
“Kami curiga ada permainan. Tabung yang seharusnya dijual sesuai HET justru disembunyikan dulu supaya bisa dijual mahal lewat jalur lain,” ujar Rahmad Hidayat, tokoh masyarakat Kecamatan Rundeng.
Praktik ini semakin memicu amarah warga yang masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar pasca-banjir. Banyak keluarga terpaksa mengurangi frekuensi memasak atau beralih ke kayu bakar, meski asapnya membahayakan kesehatan anak-anak dan lansia di pengungsian.
Masyarakat menilai pengawasan distribusi LPG bersubsidi di Subulussalam sangat lemah. Beberapa pangkalan diduga kuat melakukan penimbunan terkoordinasi dengan agen atau pengecer tertentu. “Kalau pangkalan resmi saja stoknya selalu habis sekejap, tapi penjual keliling selalu ada barang dengan harga selangit, ini sudah bukan rahasia lagi,” kata seorang warga yang enggan disebut namanya.
Hingga berita ini diturunkan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Subulussalam belum memberikan keterangan resmi terkait kelangkaan dan dugaan penyimpangan ini. Upaya konfirmasi kepada Kepala Dinas melalui pesan WhatsApp dan telepon belum mendapat respons.
Warga berharap pemerintah kota segera melakukan sidak mendadak ke seluruh pangkalan dan agen, menindak tegas pelaku penimbunan, serta menjamin kuota LPG 3 kg benar-benar sampai ke masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi sasaran utama subsidi.
“Kami sudah susah karena banjir, jangan ditambah susah lagi karena ulah oknum yang cari untung di atas penderitaan rakyat,” tandas Jumiatun.
Pemantauan di lapangan akan terus dilakukan untuk memastikan ada tindakan nyata dari pihak berwenang dalam waktu dekat.
Pewarta : Jaulim Saran

