
RI News Portal. Wonogiri, 3 September 2025 – Setelah beberapa tahun vakum akibat berbagai tantangan, termasuk dampak pandemi, Jambore Pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) se-Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, kembali digelar dengan semangat baru. Acara ini berlangsung selama tiga hari di Bumi Perkemahan Desa Jatisari, dimulai pada Selasa, 2 September 2025, dan akan berakhir pada Kamis, 4 September 2025. Pembukaan resmi dilakukan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Camat Jatisrono, Danang Sugiyatmoko S.ST.MM, didampingi Kapolsek Jatisrono, AKP Yatno SH, menandai kembalinya kegiatan kepramukaan kolaboratif antar-sekolah di wilayah ini.
Dalam sambutannya, Danang Sugiyatmoko menekankan peran jambore sebagai pusat pembelajaran alternatif di luar ruang kelas. “Jambore Pramuka tingkat Sekolah Dasar se-Kecamatan Jatisrono beberapa tahun terakhir ini vakum dari kegiatan kepramukaan yang digelar bersama antar-sekolah dalam satu tempat. Di tahun 2025 ini, Bumi Perkemahan Desa Jatisari menjelma menjadi pusat belajar mengajar di luar sekolah atau jambore yang bertahun-tahun vakum,” ujar Danang. Pernyataan ini mencerminkan upaya revitalisasi program pendidikan non-formal yang sempat terhenti, di mana jambore tidak hanya menjadi ajang rekreasi, melainkan platform untuk membangun resiliensi anak usia dini melalui pengalaman langsung dengan alam dan sesama.

Marsanto, salah satu kepala sekolah di Kecamatan Jatisrono, menyampaikan kepada RI NEWS PORTAL bahwa jambore ini diikuti oleh 38 SD/MI dengan total 496 peserta. Fokus utama kegiatan adalah membangun ketahanan berbasis sekolah, mengajarkan nilai kebinekaan, serta peran pelajar dalam mempromosikan perdamaian dan mencegah kekerasan. “Kegiatan ini menggabungkan pembelajaran di luar ruangan dan praktik, workshop, serta pertukaran pengalaman antar pelajar,” jelas Marsanto. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa jambore bertujuan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan kondusif, sekaligus memperkuat pemahaman tentang keberagaman sebagai modal inovasi masa depan.
Pendekatan ini mendorong pelajar untuk berperan aktif dalam mencegah kekerasan di kalangan mereka sendiri, sambil mempromosikan nilai perdamaian. Marsanto juga menyoroti aspek pembentukan karakter, di mana jambore dirancang untuk menciptakan generasi pemimpin masa depan melalui pendidikan pola hidup mandiri dan mengurangi ketergantungan. “Pelajar didorong untuk memahami dan menghargai keberagaman, serta menumbuhkan kesadaran tentang peran mereka dalam mencegah kekerasan dan mempromosikan perdamaian,” tambahnya. Elemen-elemen ini menjadikan jambore sebagai model pendidikan holistik yang mengintegrasikan teori dan praktik, berbeda dari kurikulum sekolah konvensional yang sering terbatas pada ruang kelas.
Baca juga : Peresmian Hotel Astama Boutique: Dorong Pariwisata dan Pemberdayaan Lokal di Lampung Barat
Desa Jatisari, sebagai tuan rumah, tidak hanya menyediakan lokasi perkemahan, tetapi juga menawarkan nilai tambah edukatif. Kepala Desa Jatisari, Teguh Subroto, menjelaskan bahwa secara administratif, desa ini berbatasan dengan Desa Watangsono, Sumberejo, dan Gunungsari. “Selain menyuguhkan bumi perkemahan, kami juga menawarkan edukasi di bidang pertanian, pelatihan pembuatan pupuk organik, dan budidaya komoditas sayur mayur serta buah-buahan,” kata Teguh. Ia menilai pilihan Desa Jatisari sebagai lokasi jambore sangat tepat, karena memungkinkan integrasi antara kegiatan kepramukaan dengan pendidikan lingkungan dan pertanian berkelanjutan, yang jarang ditemui dalam acara serupa di daerah lain.
Dampak jambore tidak terbatas pada peserta saja, tetapi juga merembet ke komunitas lokal. Nunung Setyawan, Ketua Karang Taruna Desa Jatisari, mengungkapkan bahwa acara ini memberikan peluang ekonomi signifikan bagi warga. “Jambore tingkat Sekolah Dasar se-Kecamatan Jatisrono di Desa Jatisari melibatkan Karang Taruna dan RT/RW se-Desa Jatisari,” ujar Nunung saat ditemui RI NEWS PORTAL. Ia menambahkan bahwa semua fasilitas, mulai dari MCK (mandi, cuci, kakus), lapak UMKM, parkir, lampu penerangan, hingga sound system, dikelola oleh Karang Taruna. “Kiprah lembaga Desa Jatisari, termasuk Karang Taruna, berpeluang untuk mengelola dan mencari omzet di ajang jambore tahun 2025 ini,” lanjutnya.
Keterlibatan masyarakat seperti ini menciptakan model kolaborasi antara pendidikan, pemerintahan desa, dan pemuda lokal, yang dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Wonogiri. Jambore ini tidak hanya merevitalisasi kegiatan kepramukaan pasca-vakum, tetapi juga memperkuat ikatan sosial-ekonomi di tingkat kecamatan, dengan penekanan pada pendidikan berkelanjutan dan pencegahan konflik dini. Sebagai acara yang sedang berlangsung, pantauan lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap lebih banyak cerita inspiratif dari para peserta muda yang tengah membangun fondasi masa depan mereka di tengah alam Wonogiri.
Pewarta : Nandar Suyadi
