RI News Portal. Jakarta, 10 November 2025 – Kompleks Istana Kepresidenan pagi ini dipenuhi aroma haru dan kebanggaan ketika puluhan perwakilan keluarga serta tokoh masyarakat dari berbagai penjuru nusantara berkumpul untuk menyaksikan pengumuman resmi penganugerahan gelar Pahlawan Nasional tahun 2025. Acara yang dipimpin langsung Presiden Prabowo Subianto ini menandai kelanjutan tradisi penghormatan negara terhadap figur-figur berjasa, dua tahun pasca-penetaan terakhir oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2023.
Di antara rombongan yang tiba lebih awal, Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda menjadi sorotan utama. Ia mendarat di gerbang istana sekitar pukul 09.00 WIB, disambut deretan kamera dan pertanyaan wartawan yang penasaran dengan makna gelar ini bagi daerahnya. Dengan nada penuh keyakinan, Sherly menegaskan bahwa penganugerahan kepada Sultan Zainal Abidin Syah—Sultan Tidore ke-37—bukan sekadar seremoni, melainkan pengakuan historis atas peran strategis Indonesia Timur dalam narasi kebangsaan.
“Sultan Zainal Abidin Syah adalah simbol pemersatu yang sering terlupakan dalam buku-buku sejarah nasional,” ungkap Sherly kepada awak media di halaman istana. Ia menjelaskan bagaimana sang sultan, pada era 1950-an, memainkan peran kunci dalam mengintegrasikan wilayah yang kala itu disebut Irian Barat ke dalam payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Pada 1956, Presiden Soekarno secara langsung menunjuk beliau sebagai gubernur pertama Irian Barat—sebuah langkah diplomatik yang memperkuat klaim kedaulatan Indonesia di tengah tekanan internasional.”

Lebih dari itu, Sherly menekankan dimensi geopolitik yang lebih luas. Kontribusi Sultan Zainal tidak hanya mempertahankan batas wilayah, tetapi juga membangun jembatan budaya antara Maluku Utara dan Papua Barat melalui pendekatan kesultanan yang inklusif. “Ini bukan hanya tentang satu orang, tapi tentang bagaimana kawasan timur berkontribusi nyata dalam menjaga integritas bangsa,” tambahnya, sembari menyebut gelar ini sebagai “koreksi narasi” yang selama ini didominasi pulau Jawa.
Pengumuman yang dijadwalkan berlangsung pukul 10.00 WIB ini juga menjadi momen refleksi bagi para peserta lain. Beberapa keluarga penerima gelar dari daerah lain terlihat saling berbagi cerita, menciptakan suasana solidaritas lintas etnis. Bagi Maluku Utara, penghormatan ini membawa implikasi simbolis: pengakuan bahwa perjuangan perifer tidak kalah heroik dibandingkan pusat.
Sementara istana bersiap membuka tirai acara, Sherly menutup perbincangannya dengan nada optimis. “Hari ini, sejarah mencatat ulang bahwa keutuhan Indonesia lahir dari tangan-tangan di timur—dan itu harus terus diingat generasi mendatang.”
Pewarta : Yudha Purnama

