RI News Portal. Jakarta, 10 November 2025 – Inter Milan secara dramatis merebut posisi teratas klasemen sementara Liga Italia musim 2025/2026 setelah mengalahkan Lazio dengan skor 2-0 dalam pertandingan sengit yang berlangsung di Stadion Giuseppe Meazza pada Senin dini hari. Kemenangan ini tidak hanya menandai dominasi awal musim Nerazzurri, tetapi juga mencerminkan strategi taktis Simone Inzaghi yang semakin matang dalam menghadapi tekanan kompetisi domestik.
Pertandingan yang dimulai pukul 02.45 waktu setempat ini langsung memanas sejak menit awal. Inter Milan membuka keunggulan hanya dalam tiga menit pertama melalui gol cepat Lautaro Martinez. Kesalahan fatal bek Lazio, Gustav Isaksen, dalam mengantisipasi umpan silang menjadi biang keladi. Alessandro Bastoni dengan sigap merebut bola dan menyodorkan assist presisi kepada Martinez, yang melepaskan tembakan keras dari jarak dekat. Bola meluncur ke sudut kiri gawang Ivan Provedel, meninggalkan kiper Lazio itu tanpa daya. Gol ini bukan sekadar pembuka skor, melainkan katalisator kepercayaan diri tuan rumah, yang langsung mengendalikan tempo permainan dengan penguasaan bola mencapai 58% di babak pertama.
Lazio, di bawah arahan pelatih Igor Tudor, berusaha membalas dengan serangan balik cepat. Mattia Zaccagni mendapatkan peluang emas pada menit ke-18, namun sepakan kaki kirinya dari luar kotak penalti masih menyamping. Tak lama berselang, Petar Sucic mencoba peruntungan dengan tendangan voli spektakuler, yang sayangnya hanya melebar tipis dari tiang kanan gawang Yann Sommer. Upaya-upaya ini menunjukkan ketahanan Lazio di lini tengah, meski kurang efektif dalam penyelesaian akhir.

Memasuki babak kedua, Inter Milan meningkatkan intensitas pressing tinggi, memaksa Lazio mundur ke area pertahanan sendiri. Martinez hampir menggandakan keunggulan pada menit ke-52 dengan tembakan jarak dekat setelah memanfaatkan kelengahan lini belakang tamu, tetapi bola melambung di atas mistar. Tekanan berkelanjutan akhirnya berbuah manis pada menit ke-62. Federico Dimarco, yang tampil gemilang di sayap kiri, mengirim umpan tarik mendatar ke kotak penalti. Ange-Yoann Bonny, striker muda berusia 20 tahun yang sedang naik daun, dengan tenang menyontek bola melewati Provedel untuk gol keduanya musim ini. Aksi Bonny ini tidak hanya menegaskan potensi generasi baru Inter, tetapi juga menggarisbawahi kedalaman skuad Inzaghi dalam rotasi penyerang.
Momen kontroversial terjadi pada menit ke-70 ketika Piotr Zielinski mencetak gol ketiga Inter. Namun, setelah tinjauan VAR selama dua menit, wasit menganulirnya karena handball Dimarco dalam proses build-up. Keputusan ini sempat memicu protes dari kubu tuan rumah, tapi tidak mengganggu konsentrasi mereka. Lazio mencoba bangkit di sisa waktu, dengan Mario Gila nyaris menyamakan kedudukan pada menit ke-77. Sundulannya dari sepak pojok membentur tiang gawang, menjadi peluang terbaik tamu sepanjang laga. Hingga peluit panjang berbunyi, skor 2-0 tetap bertahan, memastikan Inter Milan mengoleksi 24 poin dari 11 pertandingan—unggul selisih gol atas AS Roma yang sama-sama mengantongi poin identik.
Baca juga : Penyidikan Ganda Kejagung dan KPK Ungkap Dugaan Korupsi Pengadaan Minyak Mentah Petral 2009-2015
Hasil ini membawa implikasi signifikan bagi persaingan gelar Serie A. Inter Milan, yang musim lalu finis sebagai runner-up, kini menunjukkan konsistensi dengan hanya satu kekalahan sejauh ini. Kemenangan atas Lazio—tim yang dikenal tangguh di kandang lawan—memperkuat narasi bahwa Inzaghi telah menyempurnakan formasi 3-5-2-nya, dengan penekanan pada transisi cepat dan eksploitasi kesalahan lawan. Sementara itu, Lazio tertahan di peringkat kesembilan dengan 15 poin, menyoroti kebutuhan mendesak untuk memperbaiki efisiensi serangan mereka, terutama dalam menghadapi tim papan atas.
Dari perspektif analitis, pertandingan ini menyoroti evolusi taktis di Liga Italia: Inter memanfaatkan kecepatan sayap dan ketajaman striker untuk mendominasi, sementara Lazio bergantung pada serangan balik yang kurang variatif. Data statistik pasca-pertandingan menunjukkan Inter unggul dalam shots on target (7 berbanding 3) dan expected goals (xG) 1.8 lawan 0.9, mengindikasikan dominasi yang bukan sekadar keberuntungan. Bagi Inter, ini menjadi modal psikologis jelang jadwal padat, termasuk derby potensial di pekan mendatang. Sementara Lazio harus segera introspeksi untuk menghindari ancaman zona degradasi tengah musim.
Kemenangan ini tidak hanya menggeser Inter ke puncak, tapi juga memperbarui semangat rivalitas klasik di Serie A, di mana setiap poin menjadi penentu nasib juara. Musim 2025/2026 baru memasuki seperempat jalan, namun tanda-tanda hegemoni Nerazzurri sudah terlihat jelas.
Pewarta : Vie

