
RI News Portal. Wonogiri, 3 September 2025 – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, Desa Mangunharjo, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, meluncurkan inisiatif inovatif bernama “Digitalisasi Mangunharjo Terdepan” (DIMAPAN). Program ini, yang dikemas dalam bentuk manual book rancang bangun, bertujuan untuk mengatasi keterbatasan promosi potensi desa melalui pemanfaatan digitalisasi. Peluncuran ini menandai upaya desa untuk mengejar ketertinggalan dalam era digital, sejalan dengan kebijakan nasional dan daerah yang mendorong pemerintahan berbasis elektronik.
Kepala Desa (Kades) Mangunharjo, Karyadi S.Sos, menjelaskan bahwa desanya memiliki potensi alam yang melimpah, termasuk lahan subur untuk budidaya peternakan, pertanian, serta sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang beragam. Namun, potensi ini sering kali tidak tergali secara optimal karena minimnya promosi melalui kanal digital. “Di desa kami, kami memiliki potensi lingkungan yang cocok untuk berbudidaya peternakan, pertanian, dan UMKM yang patut kami promosikan. Namun, saya selaku Kades Mangunharjo mengakui masih mempunyai banyak kekurangan karena minimnya promosi lewat teknologi digitalisasi,” ujar Karyadi dalam acara peluncuran DIMAPAN.
Inovasi ini didasarkan pada kerangka hukum yang kuat, mencakup Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), serta Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 98 Tahun 2023 tentang Inovasi Daerah Tahun 2023. Karyadi menekankan bahwa DIMAPAN bukan sekadar alat promosi, melainkan strategi komprehensif untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan aset desa secara sistematis.

Secara lebih luas, desa-desa di Indonesia, termasuk Mangunharjo, sering menghadapi tantangan struktural dalam memanfaatkan teknologi untuk promosi potensi lokal. Potensi desa seperti pertanian dan UMKM kerap tidak terdokumentasikan dengan baik, sementara pelaku usaha sulit menjangkau pasar lebih luas karena keterbatasan publikasi digital. Di Mangunharjo sendiri, UMKM belum terpublikasi secara optimal, lokasi usaha warga tidak mudah ditemukan karena belum terdaftar di Google Maps, dan masyarakat belum terbiasa mendokumentasikan potensi desa secara digital.
Kondisi ini menciptakan lingkaran setan: tidak ada dokumentasi visual yang terstruktur untuk potensi dan produk desa, UMKM kekurangan promosi daring, serta absennya pemetaan digital yang memudahkan akses. Akibatnya, desa kehilangan peluang untuk memperkuat branding dan meningkatkan ekonomi lokal. Analisis akademis menunjukkan bahwa ketertinggalan ini bukan hanya masalah teknis, melainkan juga berkaitan dengan kurangnya sinergi antara pemerintah desa dan komunitas, di mana promosi konvensional gagal menjangkau audiens yang lebih luas dibandingkan metode visual-digital.
DIMAPAN hadir sebagai solusi inovatif yang mengubah paradigma promosi desa. Setelah implementasi, desa kini memiliki video dan foto dokumentasi potensi desa, UMKM, serta lokasi strategis yang dipublikasikan melalui media sosial dan website desa. “Menampilkan wajah desa secara visual dan informatif, menggunakan pendekatan digital untuk memperluas jangkauan promosi, menyasar UMKM lokal sebagai subjek utama branding desa, serta memberdayakan anak muda dan kader digital desa dalam proses dokumentasi,” jelas Karyadi.
Pendekatan ini menekankan pemanfaatan teknologi digital sebagai kebutuhan utama, dengan sinergi antara pemerintah desa dan pelaku UMKM untuk memperluas akses pasar. Promosi visual, seperti unggahan di platform digital, terbukti lebih efektif dalam menarik perhatian masyarakat luas. Lebih dari itu, DIMAPAN sejalan dengan arah kebijakan SPBE, yang mendorong penguatan branding desa melalui integrasi teknologi informasi.
Novita Sari S.AP, Kepala Seksi Pelayanan Desa Mangunharjo, menyampaikan pandangan serupa mengenai pelaksanaan DIMAPAN. “Pendataan potensi desa dan pelaku UMKM, pengambilan dokumentasi foto dan video secara sistematis, publikasi melalui Instagram, Facebook, TikTok, dan website desa, pemetaan lokasi UMKM di Google Maps, serta pemantauan efektivitas melalui interaksi dan peningkatan jangkauan publikasi,” katanya.
Tim inovasi desa aktif melakukan dokumentasi lapangan, mengunggah konten secara berkala, serta membantu pelaku UMKM membuat titik lokasi di Google Maps. Hasilnya, warga dan pendatang kini lebih mudah menemukan dan memesan produk lokal melalui informasi digital. “Tujuan kami adalah memperkenalkan potensi lokal Desa Mangunharjo kepada publik lebih luas, meningkatkan daya saing UMKM melalui promosi digital, mewujudkan desa yang adaptif terhadap teknologi informasi, serta mendorong partisipasi warga dalam mendigitalisasi konten desa,” ujar Novita, yang akrab disapa Novi.
Dampak pasca-DIMAPAN terlihat jelas: UMKM mendapat promosi dan jangkauan pasar lebih luas, masyarakat lebih mengenal potensi desa, website serta media sosial desa menjadi pusat informasi aktif, dan citra desa meningkat sebagai wilayah kreatif serta adaptif. Inisiatif ini tidak hanya menyelesaikan masalah lokal, tetapi juga menjadi model bagi desa lain dalam mengintegrasikan teknologi untuk pembangunan berkelanjutan.
Dari perspektif akademis, DIMAPAN merepresentasikan transisi desa menuju model pemerintahan digital yang inklusif, di mana partisipasi masyarakat—khususnya generasi muda—menjadi kunci sukses. Studi tentang digitalisasi desa menunjukkan bahwa inisiatif semacam ini dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia melalui peningkatan akses informasi dan ekonomi. Namun, tantangan ke depan meliputi pemeliharaan konten digital yang berkelanjutan dan pelatihan sumber daya manusia agar tidak ada kesenjangan digital.
Peluncuran DIMAPAN pada hari ini menjadi bukti bahwa desa kecil seperti Mangunharjo mampu berinovasi di tengah keterbatasan, memberikan inspirasi bagi kebijakan nasional dalam mempercepat implementasi SPBE di tingkat akar rumput. Dengan demikian, Mangunharjo tidak lagi hanya dikenal sebagai desa agraris, melainkan pionir digitalisasi di Wonogiri.
Pewarta : Nandar Suyadi
