RI News Portal. Augsburg, 1 November 2025 – Di bawah langit Bavaria yang dingin menusuk, Borussia Dortmund membuktikan ketangguhan mereka sebagai penantang gelar sejati. Kemenangan minimis 1-0 atas FC Augsburg pada pekan kesembilan Bundesliga bukan sekadar tiga poin; ini adalah pernyataan perang terbuka kepada Bayern Munich yang mendominasi puncak klasemen. Serhou Guirassy, sang predator Guinea, kembali menampakkan naluri pembunuhnya dengan gol semata wayang di menit ke-37, memanfaatkan kekacauan lini belakang tuan rumah yang seperti menari di atas pisau cukur.
Pertandingan di WWK Arena ini ibarat duel antara efisiensi brutal dan ambisi putus asa. Dortmund, yang datang dengan rekor enam clean sheet dari sembilan laga awal – setara Arsenal di Premier League – tampil pragmatis di bawah arahan Niko Kovac. Penguasaan bola 54 persen menjadi milik tamu, tapi Augsburg justru lebih ganas dengan delapan tembakan, meski hanya satu yang menggigit gawang Gregor Kobel. Statistik itu mengisahkan perjuangan sia-sia tuan rumah, yang kini terperosok di peringkat 15 dengan tujuh poin, hanya tiga langkah dari jurang degradasi
Laga dimulai dengan Dortmund menggebrak, tapi Augsburg menyambar peluang pertama lewat tendangan liar Mert Kömür yang membentur angin malam. Balasan cepat datang dari sundulan Maximilian Beier yang melambung, meninggalkan aroma peluang terbuang. Hingga akhirnya, momen penentu tiba: kesalahan fatal bek Augsburg – mungkin Noahkai Banks atau Chrislain Matsima – membiarkan bola menggelinding liar. Guirassy, yang sedang mengalami paceklik empat laga Bundesliga terpanjangnya sejak pindah dari Stuttgart, tak membuang waktu. Dengan ketenangan dingin, ia menyontek bola ke pojok kanan bawah gawang Finn Dahmen. Gol keenamnya musim ini itu bukan keberuntungan; itu insting pemburu yang membuatnya masuk nominasi Pemain Afrika Terbaik tahun ini.

Babak kedua menjadi panggung Augsburg yang haus penebusan. Mereka mendesak dengan serangan bertubi, tapi tembok pertahanan Dortmund – dipimpin Waldemar Anton dan Ramy Bensebaini – tak bergeming. Julian Brandt nyaris memperlebar jarak dengan tendangan jarak jauh yang membelai mistar, sementara Carney Chukwuemeka menggoda dari luar kotak penalti. Tapi Kovac, eks pelatih Bayern yang paham betul tekanan Bavarian derby, memilih bertahan sambil menyergap. Hingga peluit panjang, Augsburg hanya mampu mengancam lewat sepakan Noahkai Banks di injury time, yang dilepaskan Kobel dengan santai.
Kemenangan ini melambungkan Dortmund ke posisi kedua dengan 20 poin, merangsek empat poin di belakang Bayern yang masih punya satu laga tunda. Lebih dari itu, ini menandai kembalinya “ugly win” ala Dortmund: tak indah, tapi mematikan. Kovac, yang baru saja memenangkan adu penalti di DFB-Pokal melawan Eintracht Frankfurt, kini punya modal moral untuk duel Champions League kontra Manchester City. “Kami tak selalu harus bermain sepakbola total; yang penting hasil,” ujarnya pasca-laga, menggemakan filosofi pragmatis yang kontras dengan era Nuri Sahin dulu.
Baca juga : Getafe Manfaatkan Efisiensi Serangan untuk Dekati Empat Besar La Liga
Sementara itu, Augsburg di bawah Sandro Wagner menuai badai. Kekalahan ketiga beruntun – usai dibantai 6-0 oleh RB Leipzig dan tersingkir dari Pokal oleh Bochum – memicu kemarahan ultras tuan rumah. Spanduk “Banyak Kata, Nol Aksi” melambung di tribun, menuntut perubahan. Dengan delapan kekalahan kandang dari 10 laga semua kompetisi, tim Bavarian selatan ini butuh mukjizat untuk bertahan di elit Bundesliga.
Pertemuan ini mengilustrasikan paradoks sepakbola modern: xG (expected goals) Augsburg 0.97 kalah telak dari efektivitas Dortmund 0.35. Guirassy, dengan konversi peluang 17 persen – terendah di laga ini – tetap jadi pembeda berkat positioning superior dan tekanan bawah (11 kali ditekan, tertinggi di timnya). Ini menggarisbawahi tren Bundesliga 2025/26: tim papan atas seperti Dortmund dan Bayern unggul dalam efisiensi pertahanan (clean sheet rate 67 persen), sementara underdog bergantung volume serangan yang sering mandul. Studi kasus ini relevan bagi pelatih global: di era data-driven, satu momen tajam lebih berharga daripada seribu tembakan sia-sia.
Dortmund kini menatap horizon dengan optimisme. Guirassy tak lagi kelaparan; Die Schwarzgelben siap menerkam Bayern. Di WWK Arena malam itu, sepakbola bicara: oportunis selalu menang.
Pewarta : Vie

