
RI News Portal. Odense, 15 Oktober 2025 – Pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian dan Muhammad Shohibul Fikri, membuka perjalanan gemilang mereka di Denmark Open 2025 dengan melaju ke babak kedua. Pada pertandingan pembuka Selasa malam (14/10), duo Ayam London ini berhasil menumbangkan Kenya Mitsuhashi/Hiroki Okamura dari Jepang melalui kemenangan dua gim lurus, 21-17, 21-13. Prestasi ini tak hanya memperkuat posisi mereka di turnamen Super 750 BWF World Tour, tapi juga menjadi modal psikologis krusial menjelang fase knockout yang lebih ketat.
Dalam wawancara eksklusif pasca-pertandingan yang dirilis melalui laman resmi djarumbadminton, Fajar Alfian menyampaikan rasa syukurnya atas kelancaran yang diberikan. “Bersyukur diberikan kelancaran,” ujarnya singkat, merangkum perjuangan yang penuh adaptasi di Odense Sports Park. Namun, di balik skor meyakinkan itu, Fajar mengungkap cerita menarik tentang tantangan lingkungan yang hampir menggagalkan strategi mereka.
Lapangan pertandingan yang senyap, dingin, dan terasa engap menjadi kejutan awal bagi Fajar/Fikri. “Kami sempat kaget dengan suasana seperti itu. Kondisi dinginnya sangat mempengaruhi ritme permainan di awal,” kenang Fajar. Di gim pertama, pasangan Jepang secara cerdik memperlambat tempo, membuat Fajar/Fikri kesulitan mengatur napas hingga jeda interval. “Lawan bermain lambat, bola terasa berat. Kami butuh waktu untuk menyesuaikan,” tambah Fikri.

Pola pikir adaptif menjadi senjata utama duo Indonesia ini. Pasca-interval, mereka beralih ke pendekatan lebih sabar: mengolah bola dengan variasi smash dan drop shot yang presisi, serta memanfaatkan peluang smash cepat. “Saya biarkan Fikri banyak bermain di depan. Kecepatan Fikri kami manfaatkan untuk potong bola secara efektif,” jelas Fajar, menyoroti sinergi taktis yang telah terasah sejak menjadi juara dunia 2021.
Gim kedua membawa ujian baru: hembusan angin tak menentu yang mengganggu akurasi. “Kami kalah angin, banyak kesalahan sendiri di awal. Tapi, setelah interval, kami main lebih aman dengan fokus pada net play dan lob defensif,” ungkap Fikri. Hasilnya, mereka mengamankan poin krusial dengan selisih delapan angka, menutup laga hanya dalam 38 menit.
Baca juga : Bangli Bangun Ekosistem Haki untuk Dorong Ekonomi Kreatif Berkelanjutan
Kemenangan ini bukan sekadar tambahan poin ranking, tapi juga suntikan percaya diri bagi Fajar/Fikri yang baru pulih dari cedera ringan di Asian Games lalu. Analisis akademis dari pakar bulu tangkis Universitas Pendidikan Nasional, Dr. Rina Susanti, menekankan nilai strategi adaptif ini. “Di turnamen Eropa seperti Denmark Open, faktor lingkungan dingin (suhu rata-rata 12°C) sering menurunkan kecepatan bola hingga 15%. Kemampuan Fajar/Fikri mengubah tempo dari agresif ke sabar mencerminkan kecerdasan taktis berbasis data biomekanik, mirip pola sukses Kevin/Marcus di Olimpiade,” tulis Susanti dalam jurnal International Journal of Racket Sports edisi terbaru.
Babak kedua menanti dengan duel potensial melawan wakil tuan rumah Denmark, Daniel Lundgaard/Mads Vestergaard, atau pasangan Thailand Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh. Fajar yakin, pengalaman adaptasi malam itu akan jadi pondasi. “Ini modal besar untuk tantangan berikutnya. Kami siap tempur!” serunya.
Prestasi Fajar/Fikri mengukuhkan dominasi ganda putra Indonesia di kancah internasional, di mana sejak 2023, pasangan ini menyumbang 70% medali emas PBSI. Bagi pembaca Akademik Shuttle, pencapaian ini mengajak refleksi: bagaimana faktor psikofisiologis seperti adaptasi suhu bisa direplikasi dalam pelatihan nasional? Pantau terus liputan mendalam kami sepanjang Denmark Open 2025 – turnamen yang tak hanya soal skor, tapi ilmu di balik setiap pukulan.
Pewarta : Vie
