
RI News Portal. Semarang, Moda adalah transportasi darat era Majapahit yang jarang diketahui oleh masyarakat.
A. Sebuah Panil Relief Cerita “Panji Semirang” di Situs Gambyok.
Salah satu moda transportasi darat di era kerajaan Majapahit adalah kereta (ratha) yang ditarik kuda. Gambaran kereta demikian kedapatan dalam relief ceritaa “Kresnayana” di teras II Candi Penataran dan sebuah panil relief “cerita Panji” berupa balok batu andesit yang kini masih in situ di suatu reruntuhan candi terletak di Desa Gambyok Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri. Boleh jadi, panil relief ini adalah sebuah diantara beberapa buah panil yang semula menghiasi kaki candi berbahan bata, yang sisa dari reruntuhannya kedapatan berada bersama dengan panil relief ini. Sebuah relief cerita Panji, yang kini menjadi benda koleksi Museum Airlangga di Kota Kediri (sekitar Goa Selomangleng, di kaki Gunung Klotok) sangat mungkin juga berasal dari reruntuh- an candi di situs Gambyok tersenut.
Relief cerita yang disebut terakhir itu adalah suatu varian cerita Panji. yang berjudul “Panji Semirang”
(disebut juga dengan “Panji Kuda Semirang’)’. Sa- ngatlah mungkin relief cerita ini berasal dari masa keemasan (golden periode) Majaphit pada medio abad XIV Masehi. Apabila benar demikian, visuali- sasi ini memberi kita gambaran mengenai moda transportasi darat di Jawa pad era Majapahit, yang berupa kereta (di dalam bahasa Sanskreta dinamai “ratha” dan pada bahasa Jawa Baru disebut “dokar” atau “anding”, atau “delman” dalam bahasa Melayu, ataupun”sado” dalam bahasa etnik Betawi)..Suatu moda transpor- tasi darat yang telah ada kedapatan pada abad IX Masehi — tergambarkan sebagai relief pada Candi Borobudur, dan masih eksis di berbagai tempat di Indonesia hingga kini sebagai perangkat angkutan barang dan atau orang.
Pemilik kereta adalah Panji (dalam tradisi seni per- tunjukan Jawa diberi nama panjang sebagai “Panji Asmorobangun), yakni kekasih dari Dewi Sekartaji. Pada panil relief ini tokoh Panji digambarkan dalam posisi duduk di bagian depan dari geladak kereta, dengan kiri terjulur ke bawah, sementara kaki kanan
ditekuk dengan ruas bawah kakinya ditempatkan di paha kiri. Bahwa tokoh ini sangat mungkin adalah Panji tergambar pada topi yang dikenakannya, yang berbentuk tekes. Pada posisi depan-bawah darinya duduk seorang Kadeyan (pengiring Ksatria), yang di dalam sejumlah susastra (kidung) Panji disebuti de- ngan “Semar”. Berdiri berderet berhadapan dengan Panji adalah empat pengawal Panji, yang terdiri dari
Punta, Kertala, Brajanata dan Pangeran Anom.

B. Konteks Penceritaan Sebuah Panil Relief Panji di Situs Gambyok.
Jika benar sebuah panil relief cerita pada situs can- di di Gambyok adalah relief cerita “Panji Semirang”, pertanyaannya adalah : “menggambarkan adegan (scene) yang manakah?”. Panil ini menggambarkan adegan pasca adegan “Golek Kancana”, yang berki- sah tentang : Dewi Sekartaji diusir oleh Paduka Liku, yakni ibu tirinya, untuk keluar dari kadatwan (istana) kerajaan Kadiri (Pangjalu) lantaran ia menolak un- tuk memberikan hadiah yang diterimanya dari Panji kepada adiknya (Galuh Ajeng). Menurut penuturan Herve Renard, dalam pemgelanasnnya itu, Skartaji pergi ke hutan dan tunggal di wilayah Asmarantaka. Ia menyamar sebagai seorang lelaki dengan nama “Panji Semirang”, dengan mengambil profesi seba- gai penyamun. Tokoh perampok Panji Semirang ini sempat tenar, hingga mengundang perhatian publik, tak terkecuali Panji Asmarabsngun.
Sebuah panil relief di situs Gambyok menggambar- kan adegan selanjutnya dari adegan diatas, dimana Panji Asnarabangun beserta empat pengawal serta Kadeyan Semar dengan sengaja mencegat (bahasa Jawa “nyanggong”) kehadiran Panji Semirang di su- atu areal hutan. Tergambar dalam panil relief cerita ini, Panji mengendarai kereta kuda. Identifikasi ade- gan tersebut dikemukakan oleh arkeolog Belanda bernama Willem Frederik Stutterheim pada kisaran tahun 1935. Dengan demikian. adegan yang divisu- alkan di senuah panil relief cerita ini adalah : Panji Asmaranangun beserta para pengawal dan pengi- ringnya mencegat kemunculan Panji Semirang di suatu areal hutan pada wilayah Asmarantaka.
Pada akhir kisah, setelah melewati pengemberaan panjangnya dengan menemukan banyak rintangan, Dewu Skartaji yang menyamar sebagai seorang laki laki bernama alias “Panji Semirang” dan berprofesi penyamun, pada akhirnya berhasil bertemu kembali dengan kekasihnya (Panji Asmaranangun,). Adegan pada sebuah panil relief di situs Gambyok itu men- jadi “pembuka tabir” bagi pertemuan kembali Dewi Skartaji dan Panji Asmarabangun. Pola pengkisah- an dalam varian cerita “Panji Semirang” ini serupa dengan pola pengkusahan varian-varian cerita Panji lainnya. yaitu : (1) fase integrasi, sepasang kekasih, yakni Panji dan Skartaji bersatu), kemudian (2) fase dis-integrasi, sepasang kekasih berpisah, pengem- baraan disertai penyamaran, dan pencarian, lantas pada akhirnya (3) re-ingrasi, sepasang kekasih bisa bersua dan bersatu kembali. Pola “3in1 (integrasi – disintegrasi – reintegrasi) terpampang jelas dalam kisah “Panji Semirang” ini.
Baca juga:Bentrokan Warga Muslim di Pakistan, Korban Tewas Bertambah Jadi 130
C. Gambaran Eksotik Kereta Panji Asmarabangun pada Panil Relief di Situs Gambyok.
Kereta Panji yang digambarkan pada panil relief di Situs Gambyok adalah jenis kereta berkuda beroda dua. Bukan kereta beroda empat buah, yang dalam bahas Jawa Baru dinamai “bendi”. Roda keretanya berupa roda berjeruji kayu, dengan jumlah jerukinya masing-masing sebanyak delapan buah jeruji. Lebih sedikit jika dibanding jeruji dokar pada masa seka- rang, yang berjumlah 16 buah jeruji. Sayang sekali pada panil relief ini tidak turut digambarkan kuda penghela kereta. Ada beberapa kemungkinan jum- lah kuda penarik kereta, yaitu ada yang seekor kuda, sepasang (dua ekor kuda), bahkan ada pula kereta perang yang ditarik oleh dua pasang (empat ekor kuda) — sebagaimana tergambar pada relief cerita Kresnayana di Candi Penataran. Yang terbilang isti- mewa pada kolong kuda Hela kereta dari kereta ini adalah bentuknya yang ornamentik, yakni adanya penghias di penghujung batang kayu sumbu pena- rik tubuh kerta, yang berwujud pahatan kepala rusa. Kereta sangat mungkin berfungsi sebagai “kereta perang”.
Keistimewaan yang lainnya terlihat pada atap dan dinding kereta. Tergambar bahwa atap kereta me- miliki bentuk mencembung (gaya “mutho”), bukan datar (flat). Adapun dinding tubuh kereta pada sisi kanan, kiri dan belang dibuat tertutup. Bahkan, din- ding sisi kanan – kiri dilengkapi dengan semacam “ceblndela”. Kurang tahu pasti bahan apa yang digu- nakan untuk membuat atap dan dinding kereta itu. Bisa kain tebal, bisa juga lembaran kulit yang diberi kerangka, atau lembaran logam tembaga. Terkesan bahwa kereta kuda milik Panji Asmarabangun ini adalah kereta yang indah pada zamannya. Suatu produk teknologi kendaraan ang- kut (penumpang) orang yang telah cukup maju. Hal ini memberikan pembukti bahwa leluhur manusia Nusantara telah memiliki pengetahuan dan teknik konstruksi dan kinesik transportasi darat yang cu- kup canggih di abad XIV Masehi. Sebenarnya, pada relief di Candi Borobudur teknologi kerta yang cang- gih dan artis- tik telah tergambarkan dengan sangat jelas dalam ragam bentuk kereta kuda yang beroda empat tipe terbuka (tanpa penutup atap dan dinding tubuh ke- reta).
Demikianlah kilas telaah mengenai kerta sang Panji pada sebuah panil relief cerita “Panji Semirang” di situs Candi Gambyok. Relief cerita ini memberikan bukti yang tidak terbantahkan bahwa varian cerita “Panji Semirang” atau “Panji Kuda Semirang'” konon hadir riil di Jawa, paling tidak dalam wujud susastra visual berupa relief candi — susastra tekstualnya tak didapatkan di Jawa. Alih-alih, susastra visual cerita ini kedapatan di dalam kesusasteraan Melayu, baik di Sumatra ataupun di Semananjung, yang berwujud “Hikayat Panji Semirang”. Dalam bentuk performing art (seni pertunjukan), cerita “Panji Semirang” bisa dijumpai di Bali (dinamai “Panji Samirang”), serta kedapatan pula — meski berupa fragmen ceritanya — pada Wayang Topeng Malang. Semoga tulisan yang ringkas dan bersahaja ini kiranya dapat menambah khasanah pengetahuan pembaca budiman.
Pewarta : Wibisono

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
Hadir..🙏🙏