
“Kawasan perbatasan tiga negara di Amerika Selatan telah lama menjadi zona abu-abu hukum yang dimanfaatkan oleh kelompok teroris global untuk mendanai operasi mereka. Kolaborasi antara Hizbullah dan kelompok kriminal lokal seperti FCC menunjukkan betapa pentingnya pendekatan multinasional untuk mengatasi kejahatan lintas batas.”
RI News Portal. Washington D.C., 19 Mei 2025 – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), melalui program Rewards for Justice (RFJ) yang dikelola oleh Dinas Keamanan Diplomatik, mengumumkan sayembara internasional dengan hadiah hingga 10 juta dolar AS (sekitar Rp 164 miliar). Imbalan tersebut ditujukan bagi siapa saja yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada gangguan terhadap mekanisme keuangan organisasi teroris Hizbullah, khususnya di kawasan Amerika Selatan.
Program ini diumumkan secara resmi dalam empat bahasa—Inggris, Spanyol, Portugis, dan Arab—dan menargetkan pengungkapan jaringan keuangan Hizbullah yang beroperasi di wilayah perbatasan tiga negara: Argentina, Brasil, dan Paraguay. Kawasan ini dikenal sebagai Tri-Border Area (TBA) dan telah lama dicurigai sebagai pusat aktivitas kriminal dan teroris lintas negara.

Menurut pernyataan resmi dari Departemen Luar Negeri AS, Hizbullah diduga memanfaatkan kawasan tersebut untuk menjalankan berbagai kegiatan ilegal seperti penyelundupan narkotika, pencucian uang, perdagangan rokok ilegal, pemalsuan dokumen, serta transaksi barang mewah dan uang tunai dalam jumlah besar. Selain itu, keuntungan signifikan juga diyakini berasal dari berbagai perusahaan komersial di Amerika Latin, termasuk bisnis konstruksi, impor-ekspor, dan sektor properti.
Meskipun jumlah pendanaan yang dihasilkan tidak dirinci, laporan dari Arab News menyebut bahwa dana tersebut digunakan Hizbullah untuk membiayai operasi militan, termasuk pelatihan, persenjataan, dan pelaksanaan serangan teroris.
Penelitian terbaru dan penyelidikan aparat keamanan Brasil mengungkap adanya keterkaitan antara jaringan Hizbullah dan geng narkotika terbesar di Brasil, First Capital Command (FCC). Hizbullah diduga memasok senjata kepada FCC melalui jalur penyelundupan internasional, dan sebagai imbalannya, mendapatkan perlindungan bagi warga Lebanon yang ditahan di Brasil.
Kemitraan simbiotik ini menunjukkan bagaimana organisasi teroris dapat menjalin hubungan strategis dengan kelompok kriminal untuk memperluas jangkauan dan memperkuat posisi finansial mereka.
Dr. Moshed Elad, pakar keamanan dan dosen di Western Galilee College, Israel, menilai bahwa Hizbullah tetap menjadi kekuatan dominan di Lebanon, meski menghadapi tekanan militer dari Israel. Menurut Elad, organisasi ini memiliki pengaruh signifikan atas pemerintahan Lebanon, dan bahkan dinilai mampu melakukan kudeta apabila dikehendaki.
“Jika Hizbullah menginginkannya, mereka dapat mengambil alih pemerintahan Lebanon. Mereka masih lebih kuat dibandingkan sebagian besar militer resmi negara itu,” ujar Elad, seperti dikutip dari The Jerusalem Post.
Pernyataan ini menunjukkan dimensi geopolitik yang lebih luas dari operasi Hizbullah, yang tidak hanya berfungsi sebagai kelompok militan, tetapi juga sebagai entitas politik dan ekonomi yang berakar kuat di berbagai kawasan, termasuk Timur Tengah dan Amerika Latin.

Langkah Departemen Luar Negeri AS ini merupakan bagian dari upaya global untuk memutus jalur pendanaan kelompok teroris. Dengan menawarkan imbalan besar bagi informasi intelijen keuangan, AS berharap dapat mengidentifikasi dan membongkar jaringan keuangan transnasional yang menjadi sumber daya utama bagi operasi Hizbullah.
“Kami berkomitmen untuk mengidentifikasi dan menindak jaringan keuangan Hizbullah yang beroperasi di wilayah ini,” ungkap perwakilan Departemen Luar Negeri AS. Ia menambahkan bahwa inisiatif ini dirancang untuk mendorong kerja sama internasional dalam menekan aktivitas terorisme global melalui pendekatan ekonomi dan intelijen.
Sayembara yang diumumkan oleh RFJ ini mencerminkan meningkatnya fokus pemerintah AS terhadap ancaman keuangan dari organisasi teroris di luar kawasan Timur Tengah. Dalam konteks keamanan global, pemutusan aliran dana menjadi strategi vital dalam melemahkan kemampuan operasional kelompok-kelompok seperti Hizbullah. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat internasional dan integrasi lintas-lembaga antara negara-negara di kawasan Amerika Selatan.
Pewarta : Yudha Purnama

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal