RI News Portal. Jakarta, 14 November 2025 – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia mengintensifkan upaya pencegahan radikalisasi digital dengan menyoroti pola rekrutmen jaringan terorisme melalui permainan daring. Temuan ini menunjukkan evolusi strategi kelompok ekstremis yang memanfaatkan ruang interaktif virtual untuk menyasar generasi muda, di tengah maraknya penggunaan platform digital di kalangan anak-anak dan remaja.
Dalam pertemuan bilateral dengan Hedayah, organisasi internasional yang fokus pada kontra ekstremisme kekerasan, di Jakarta pada Rabu (12/11), Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono mengungkap data internal yang mencatat peningkatan kasus perekrutan melalui game online. “Kami telah mengidentifikasi pola sistematis di mana jaringan terorisme lokal merekrut anak muda melalui interaksi dalam permainan daring, dan langkah tindak lanjut telah kami lakukan secara proaktif,” ujar Komjen Pol. Eddy, sebagaimana dikonfirmasi dalam wawancara lanjutan di Jakarta pada Jumat.
Menurut Eddy, fenomena ini merupakan bagian dari tren radikalisasi masif di ranah digital, di mana kelompok ideologi kekerasan beralih dari komunikasi langsung atau media sosial konvensional ke ekosistem permainan yang lebih immersif. Untuk menangkalnya, BNPT mengandalkan program Duta Damai, inisiatif yang melibatkan pemuda dalam menciptakan konten perdamaian di ruang digital. Program ini dirancang sebagai strategi kontra-narasi, mengisi kekosongan informasi dengan pesan toleransi dan moderasi untuk mengurangi daya tarik propaganda ekstremis.

Pernyataan Eddy selaras dengan pandangan Ali Rashid Alnuaimi, Chairman of the International Steering Board Hedayah, yang turut hadir dalam kunjungan tersebut. Ali menekankan dimensi global ancaman ini, di mana kelompok teroris kini memanfaatkan mekanisme permainan untuk membangun hubungan awal. “Anak-anak sering kali menganggap interaksi dalam game sebagai hiburan semata, tanpa menyadari agenda ideologis yang disusupkan secara bertahap,” katanya. Ia menyebut kerentanan ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan dan pemahaman orang dewasa terhadap dinamika virtual, yang memungkinkan perekrutan kombatan muda tanpa deteksi dini.
Ali juga memuji peran BNPT sebagai pilar utama keamanan nasional Indonesia, karena absennya ancaman terorisme menjadi prasyarat bagi stabilitas ekonomi, pariwisata, dan pembangunan berkelanjutan. “Tanpa pengendalian efektif terhadap radikalisasi digital, seluruh aspek kehidupan masyarakat akan terdampak,” tambahnya.
Temuan BNPT ini bukanlah isu baru, melainkan eskalasi dari pola yang telah diamati sebelumnya. Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayor Jenderal TNI Sudaryanto, dalam Dialog Kebangsaan Bersama Ormas dan Tokoh Perempuan di Asrama Haji Padang, Sumatera Barat pada 8 Oktober lalu, telah memperingatkan adanya penyusupan paham radikal melalui platform permainan populer seperti Roblox. “Prosesnya dimulai dari komunikasi santai di dalam game, kemudian anak-anak diarahkan ke grup tertutup di aplikasi pesan instan, di mana doktrin intoleran dan kekerasan mulai disuntikkan,” jelas Sudaryanto.
Baca juga : Moskow Ancam Respons Simetris jika Washington Lanjutkan Uji Nuklir
Ia menyoroti peran krusial orang tua, khususnya ibu, dalam pengawasan aktivitas digital anak. “Penggunaan smartphone yang tidak terkontrol membuka celah bagi kelompok radikal untuk membentuk pola pikir ekstrem sejak dini,” katanya, seraya mendorong pendekatan keluarga sebagai lapisan pertahanan pertama.
Analisis akademis terhadap fenomena ini, sebagaimana dibahas dalam studi kontra-terorisme kontemporer, menunjukkan bahwa permainan daring menyediakan lingkungan anonim dan interaktif yang ideal untuk grooming ideologis. Faktor psikologis seperti rasa komunitas virtual dan achievement dalam game dapat dimanfaatkan untuk membangun loyalitas, sebelum transisi ke narasi kekerasan. BNPT, melalui pendekatan multidimensi yang menggabungkan intelijen, edukasi, dan kemitraan internasional, berupaya membangun resiliensi masyarakat terhadap ancaman hibrida ini.

Upaya BNPT ini mencerminkan adaptasi strategis terhadap lanskap ancaman yang semakin kompleks, di mana batas antara hiburan digital dan propaganda kabur. Dengan melibatkan generasi muda sebagai agen perubahan dan memperkuat pengawasan komunitas, Indonesia berpotensi menjadi model regional dalam memerangi radikalisasi berbasis teknologi.
Pewarta : Yudha Purnama

