RI News Portal. Wonogiri 25 Oktober 2025 – Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, menyuguhkan pesona budaya yang khas melalui kesenian tradisional Bedigas Laras dalam perhelatan Gebyar Sumpah Pemuda. Penampilan mereka menjadi sorotan dengan sajian tarian, atraksi, dan aksi panggung yang menghibur, memikat hati penonton. Bedigas Laras, sebuah kreasi baru yang lahir dari tangan-tangan kreatif masyarakat Jatisari, menggabungkan elemen-elemen kesenian tradisional seperti reog, jaran kepang, bantengan, serta sentuhan dari Sanggar Tari Cempaka Putri.
Kesenian ini bukan sekadar perpaduan, melainkan wujud inovasi budaya yang autentik. Nama “Bedigas Laras” sendiri mencerminkan karakter uniknya: “bedigas” mengacu pada gerakan yang penuh energi dan tak terduga, sementara “laras” merujuk pada harmoni yang tercipta melalui iringan musik tradisional. Catur Krido, wakil kelompok Bedigas Laras, menjelaskan bahwa kesenian ini lahir dari kolaborasi para seniman lokal yang masing-masing menguasai reog, jaran kepang, dan bantengan. “Kami ingin menciptakan sesuatu yang baru, tapi tetap berakar pada tradisi yang ada,” ujarnya.
Keunikan Bedigas Laras terletak pada musik pengiringnya. Iringan musiknya memadukan unsur-unsur dari reog, bantengan, dan jaran kepang, menghasilkan harmoni yang segar namun tetap membumi. “Musik ini seperti menyatukan kekacauan menjadi sesuatu yang indah. Gerakan yang tampak tak terkendali jadi selaras dengan irama gamelan,” tambah Catur. Nuansa ini menciptakan pengalaman audiovisual yang memikat, sekaligus mempertahankan esensi tradisional.

Dalam penampilan di Gebyar Sumpah Pemuda, Bedigas Laras menampilkan aksi yang memukau sekaligus misterius. Beberapa anggota tampak seperti kehilangan kendali, melakukan gerakan spontan seperti merayap, mengguling, hingga memakan benda di sekitar mereka. Bahkan, ada yang menceburkan diri ke sawah atau kali, mencerminkan dimensi mistik yang kuat dalam kesenian ini. Wardiyanto Gudel, yang berperan sebagai pengendali unsur mistik, menjelaskan bahwa elemen mistik ini sering muncul secara alami selama pertunjukan, dipengaruhi oleh energi tempat atau suasana acara. “Mistik ini bukan sesuatu yang dipaksakan. Ia hadir dari hubungan batin antara penari, musik, dan lingkungan,” ungkapnya.
Komitmen Melestarikan Warisan Budaya Bedigas Laras bukan hanya soal pertunjukan, tetapi juga tentang pelestarian budaya. Dengan 35 anggota, termasuk anak-anak dan remaja, kelompok ini berkomitmen menjaga warisan seni Jatisari. Latihan rutin digelar setiap malam Selasa dan Sabtu, melibatkan generasi muda mulai dari siswa SD hingga SMA. “Kami ingin anak-anak mencintai dan melanjutkan kesenian ini. Mereka adalah penerus Bedigas Laras,” kata Catur. Rencana ke depan, kelompok ini berupaya mempromosikan kesenian mereka ke destinasi wisata di Wonogiri untuk memperluas jangkauan dan pengakuan.
Baca juga : Pangopian Al-Zain: Wujud Ekonomi Syariah untuk Pemberdayaan UMKM dan Pendidikan di Tapanuli Selatan
Multitalenta dan Kebanggaan Lokal Wardiyanto Gudel menyebut Bedigas Laras sebagai kelompok multitalenta. “Mereka bisa apa saja—teater, wayang orang, ketoprak, reog, bantengan. Semua dilakukan dengan hati,” ungkapnya. Kesenian ini menjadi kebanggaan Desa Jatisari, tidak hanya karena keunikan dan kreativitasnya, tetapi juga karena hanya dimiliki oleh desa ini. Kiprah Bedigas Laras bahkan telah melampaui batas desa, dengan penampilan di berbagai daerah yang selalu meninggalkan kesan mendalam.
Bedigas Laras adalah bukti bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Dengan semangat pelestarian dan keterlibatan generasi muda, kesenian ini bukan hanya hiburan, tetapi juga simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Jatisari. Di tengah perubahan zaman, Bedigas Laras tetap berpijak pada akar budaya sambil menari menuju masa depan.
Pewarta : Nandar Suyadi

