
RI News Portal. Jakarta, 18 Oktober 2025 – Di tengah hembusan angin harapan pasca-gencatan senjata, 35.000 paket bantuan kemanusiaan dari hati nurani masyarakat Indonesia akhirnya tiba di tangan warga Palestina yang terdampak konflik berkepanjangan. Disalurkan melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, pengiriman ini menandai kemenangan diplomasi kemanusiaan, setelah sebelumnya terhambat di perbatasan akibat gejolak keamanan.
Setiap paket dirancang sebagai pelita kehidupan: berisi beras, tepung, mi instan, keju, ikan tuna kaleng, biskuit kurma, jus bergizi, energy bar, kurma segar, kacang-kacangan, serta saus dan bumbu penyedap yang esensial. Di lapangan, warga Palestina menyambutnya dengan air mata syukur, menggelar doa bersama di bawah langit Gaza yang mulai cerah. “Ini bukan sekadar makanan, tapi janji persaudaraan dari saudara jauh di Nusantara,” ujar seorang ibu rumah tangga di Rafah, seperti disampaikan mitra Baznas di wilayah tersebut.
Dalam keterangan resminya dari Jakarta, Sabtu lalu, Ketua Baznas RI Noor Achmad tak bisa menyembunyikan kebanggaannya. “Alhamdulillah, amanah dari rakyat Indonesia kini berbuah manis di Palestina. Gencatan senjata ini adalah jendela emas yang kami manfaatkan sebaik mungkin, setelah bantuan tertahan berbulan-bulan,” katanya dengan nada penuh keyakinan. Noor menjelaskan, distribusi dilakukan secara bertahap dan hati-hati melalui jaringan mitra terverifikasi, memastikan tak ada setitik pun yang sia-sia. “Kami audit setiap langkah, agar bantuan ini benar-benar menyentuh yang paling rentan—anak-anak, lansia, dan keluarga terdampak langsung.”

Lebih dari sekadar respons darurat, inisiatif ini merefleksikan komitmen Baznas terhadap visi jangka panjang. Noor mengungkapkan, pihaknya kini merajut jaringan dengan aktor internasional untuk program rekonstruksi holistik. “Kami siapkan dukungan pemulihan infrastruktur sekolah dan rumah sakit, layanan kesehatan mental bagi trauma perang, serta pelatihan ekonomi untuk perempuan dan pemuda Palestina. Ini bukan akhir, tapi awal dari kebangkitan bersama,” tegasnya, merujuk pada kolaborasi yang sedang digodok dengan lembaga filantropi global.
Apresiasi Noor tertuju pada jutaan donatur Indonesia yang menitipkan zakat, infak, dan sedekah mereka. “Setiap rupiah adalah ladang amal yang abadi, memperkuat ikatan umat dari Jakarta hingga Yerusalem,” ujarnya. Kisah ini juga menjadi cermin solidaritas nasional: survei internal Baznas mencatat lonjakan 40 persen donasi sejak eskalasi konflik, didorong oleh kampanye grassroots di masjid-masjid dan komunitas urban.
Di balik angka 35.000 paket, tersimpan narasi ketangguhan. Seorang relawan Baznas di perbatasan berbagi cerita: truk bantuan melintasi pos pemeriksaan di bawah pengawasan ketat, disertai iringan doa dari awak kendaraan. Kini, di tenda-tenda pengungsian, anak-anak Palestina mengunyah biskuit kurma sambil bernyanyi lagu rakyat Indonesia yang diajarkan sukarelawan. “Indonesia bukan sekadar nama di peta, tapi sahabat yang tak pernah absen,” kata Noor menutup, dengan harapan: “Semoga keberkahan ini mengalir deras, menjadi jembatan damai abadi.”
Inisiatif Baznas ini tak hanya menyelamatkan nyawa hari ini, tapi juga menabur benih harapan besok—bukti bahwa kemanusiaan tak mengenal batas.
Pewarta : Yudha Purnama
