RI News Portal. Kupang, 4 Desember 2025 – Sidang lanjutan perkara dugaan penganiayaan berat yang menyebabkan kematian Pratu Lucky Namo di Pengadilan Militer III-15 Kupang kembali ditunda pada Rabu (4/12/2025). Penundaan kali ini terjadi pada dua berkas perkara yang melibatkan total 21 terdakwa, setelah Oditur Militer menyatakan belum merampungkan berkas penuntutan.
Ketua Majelis Hakim Mayor Chk Subiyanto yang memimpin sidang dengan hakim anggota Kapten Chk Denis C. Napitupulu dan Kapten Chk Zainal Arifin A. Yulianto, langsung menunda persidangan hingga Kamis, 11 Desember 2025 pukul 10.00 WITA. “Bapak Oditur, silakan rampungkan berkas penuntutannya. Sidang ditunda hingga hari Kamis, 11 Desember 2025,” ujar Subiyanto di awal persidangan.
Sidang hari itu seharusnya membacakan tuntutan dalam dua perkara sekaligus:
- Perkara nomor 40-K/PM.III-15/AD/X/2025 dengan terdakwa tunggal Lettu Inf Ahmad Faisal (Danki A Yonif TP 834/WM).
- Perkara nomor 42-K/PM.III-15/AD/X/2025 dengan empat terdakwa: Sertu Thomas Desamberis Awi, Sertu Andre Mahoklory, Pratu Poncianus Allan Dadi, dan Pratu Rofinus Sale.

Oditur Militer yang diwakili Letkol Chk Alex Pandjaitan dan Letkol Chk Yudis Harto mengakui belum selesainya penyusunan berkas tuntutan karena “berbagai kesibukan sepekan terakhir”. Permintaan penundaan langsung dikabulkan majelis hakim tanpa perdebatan panjang.
Penundaan serupa terjadi sehari sebelumnya. Pada Rabu (3/12/2025), sidang pembacaan tuntutan terhadap 17 terdakwa lainnya dalam perkara nomor 41-K/PM.III-15/AD/X/2025 juga ditunda hingga 10 Desember 2025 atas alasan yang sama. Dengan demikian, dari total 22 terdakwa yang terlibat dalam kasus ini, belum satu pun berkas tuntutan yang berhasil dibacakan hingga awal Desember 2025.
Ketiga berkas perkara tersebut merupakan pemecahan dari satu peristiwa penganiayaan berat yang terjadi di Batalyon Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere, Kabupaten Nagekeo, NTT. Prada Lucky Namo meninggal dunia pada 6 Agustus 2025 setelah menjalani perawatan akibat luka-luka yang dideritanya.
Dalam persidangan sebelumnya, muncul narasi bahwa penganiayaan diduga terkait upaya “pembinaan keras” terhadap Prada Lucky Namo dan Prada Richard atas dugaan penyimpangan perilaku seksual (LGBT). Namun, hingga kini tidak ada bukti otentik yang diajukan di persidangan yang dapat menguatkan narasi tersebut, sehingga motif penganiayaan secara resmi tetap tercatat sebagai penganiayaan berat berakibat kematian.
Penundaan berulang ini menambah catatan panjang proses hukum militer atas kasus yang telah menyita perhatian publik di NTT sejak Agustus lalu. Keluarga korban yang hadir di sebagian besar sidang menyatakan kecewa atas lambatnya proses penyusunan tuntutan, meski enggan memberikan pernyataan resmi kepada wartawan.
Sidang pembacaan tuntutan kini terjadwal ulang pada 10 dan 11 Desember 2025. Belum ada jaminan bahwa agenda tersebut akan terlaksana mengingat pola penundaan yang berulang dalam tiga pekan terakhir.
Pewarta : Vie

