RI News Portal. Jakarta – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa pemerintah akan melanjutkan rencana pemasangan kembali chattra atau payung emas setinggi tiga meter di puncak stupa induk Candi Borobudur pada tahun 2026. Langkah ini, menurutnya, merupakan respons atas aspirasi umat Buddha dan sekaligus upaya melengkapi integritas visual serta makna spiritual candi yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia sejak 1991.
“Diskusi mengenai chattra ini bukan hal baru. Sudah pernah menjadi keputusan di masa lalu dan kajiannya telah selesai. Kita hanya melanjutkan sesuai permintaan resmi dari umat Buddha, khususnya melalui Direktorat Bimas Buddha,” ujar Fadli Zon kepada wartawan di Jakarta, Rabu (3/12/2025).
Chattra yang pernah terpasang pada 1911 dan kemudian dilepas pada era 1950-an itu, menurut Fadli, akan membuat Borobudur tampil lebih utuh sebagai living heritage—warisan budaya yang hidup—bukan sekadar dead monument. “Secara artistik dan historis, kehadiran chattra di puncak stupa induk akan memberikan kelengkapan yang selama ini hilang,” tambahnya.

Pemasangan dijadwalkan berlangsung tahun depan dengan melibatkan tim ahli konstruksi sipil dalam negeri, insinyur struktur, serta pengawasan ketat dari arkeolog dan konservator. Fadli menegaskan bahwa pekerjaan bersifat non-invasif: tidak ada pengeboran, pemotongan, atau modifikasi permanen pada batu candi. “Hanya pemasangan elemen baru setinggi tiga meter dengan sistem yang dapat dibongkar kembali jika diperlukan. Teknisi dan tukang kita sangat mumpuni untuk pekerjaan presisi semacam ini,” katanya.
Ia juga menepis kekhawatiran bahwa intervensi pada situs UNESCO akan menimbulkan masalah. “Perubahan atau penambahan pada warisan dunia bukan preseden baru. Beberapa candi di dunia bahkan pernah direlokasi total atau dibelah untuk kepentingan konservasi. Yang terpenting adalah prinsip reversibility dan integritas struktur asli tetap terjaga,” tegas Fadli.
Sejak dilepas pada pertengahan abad ke-20, chattra asli Borobudur disimpan di Museum Karmawibhangga. Rekonstruksi yang akan dipasang nanti akan mengacu pada dokumentasi foto tahun 1911 serta data arkeologis yang telah dikaji sejak dekade 1970-an hingga 2000-an. Proses kajian lanjutan dianggap tidak diperlukan lagi karena seluruh aspek teknis, estetis, dan religius telah tercakup dalam keputusan sebelumnya.
Langkah ini mendapat dukungan dari sejumlah organisasi umat Buddha nasional yang selama puluhan tahun mengusulkan pemulihan chattra sebagai simbol kesempurnaan stupa utama. Di sisi lain, kalangan konservasi internasional menantikan laporan teknis resmi yang akan diajukan ke UNESCO sebagai bagian dari kewajiban pelaporan berkala bagi situs warisan dunia.
Dengan rencana ini, Candi Borobudur—yang setiap tahunnya dikunjungi lebih dari empat juta wisatawan—diharapkan tidak hanya mempertahankan statusnya sebagai monumen Buddha terbesar di dunia, tetapi juga semakin menegaskan identitasnya sebagai pusat ziarah dan praktik keagamaan yang masih hidup hingga kini.
Pewarta : Anjar Bramantyo

