RI News Portal. Jakarta, 1 Desember 2025 – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan bahwa hanya dengan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, Indonesia dapat meminimalkan risiko korban jiwa dan kerugian material akibat dua ancaman ganda: intensitas bencana hidrometeorologi yang semakin tak terduga dan lonjakan mobilitas masyarakat menjelang Natal 2025 serta Tahun Baru 2026.
Pernyataan itu disampaikan Tito saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi dan Antisipasi Bencana Alam serta Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 di Jakarta, Senin (1/12/2025). Rakornas ini menjadi forum pertama pasca-pelantikan Kabinet Merah Putih yang secara khusus menggabungkan dua isu kebencanaan dengan pengamanan momentum hari raya besar nasional.
“Dua sampai tiga pekan terakhir kita sudah menyaksikan dampak cukup berat dari bencana hidrometeorologi. Banjir bandang dan longsor melanda Cilacap serta Banjarnegara di Jawa Tengah, disusul bencana berskala luas di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat,” ungkap Tito.

Ia menekankan bahwa pola cuaca ekstrem kini tidak lagi mengenal musim. “Bencana bisa datang at any time dan at any place*. Karena itu kesiapsiagaan tidak boleh lagi bersifat reaktif, melainkan harus proaktif dan terkoordinasi lintas sektor,” tegasnya.
Selain ancaman bencana, Tito menyoroti prediksi kenaikan mobilitas masyarakat yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data sementara Kementerian Perhubungan memperkirakan pergerakan penumpang antarprovinsi pada periode Nataru 2025/2026 dapat mencapai 120–130 juta orang, atau meningkat 15–20 persen dibandingkan Nataru sebelumnya.
Kenaikan itu tidak hanya membebani infrastruktur transportasi darat, laut, dan udara, tetapi juga berpotensi memicu tekanan terhadap rantai pasok pangan dan stabilitas harga komoditas pokok. “Daerah harus memastikan stok beras, minyak goreng, gula, telur, dan daging ayam cukup serta harga terkendali. Jangan sampai euforia liburan berubah menjadi keresahan inflasi,” kata mantan Kapolri itu.
Aspek keamanan publik juga mendapat perhatian khusus. Tito meminta pemda memperketat pengamanan di destinasi wisata yang rentan cuaca ekstrem serta lokasi-lokasi perayaan Malam Tahun Baru yang biasanya dipadati massa.
“Segera laksanakan rapat koordinasi di tingkat daerah bersama Forkopimda, BPBD, Dinas Perhubungan, Satpol PP, dan seluruh pemangku kepentingan. Susun rencana operasi terpadu yang mencakup pemetaan kerawanan, skenario evakuasi, posko terpadu, dan pengendalian harga pangan,” instruksi Tito.
Rapat koordinasi tersebut turut dihadiri Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menekankan kesiapan fasilitas kesehatan menghadapi potensi korban bencana sekaligus lonjakan kasus penyakit musiman, serta Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani yang memaparkan prakiraan cuaca ekstrem hingga akhir Januari 2026.
Dengan hanya tersisa kurang dari empat pekan menuju puncak perayaan Natal dan Tahun Baru, pesan Tito jelas: tidak lagi sekadar seremonial: sinergi bukan pilihan, melainkan keharusan mutlak demi keselamatan dan kenyamanan seluruh rakyat Indonesia.
Pewarta : Yudha Purnama

