RI News Portal. Wonogiri, 21 November 2025 – Nama Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “jati” yang berarti pohon jati, dan “rono” yang merupakan bentuk perubahan dari kata “leren” (berhenti atau beristirahat). Secara harfiah, “Jatisrono” dapat diartikan sebagai tempat peristirahatan di bawah pohon jati. Nama ini muncul karena di masa lalu, wilayah ini memiliki banyak pohon jati yang rindang, sehingga menjadi tempat singgah atau beristirahat bagi para pedagang dan pelancong yang melintas.
Sejarah pembentukan Kecamatan Jatisrono tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kabupaten Wonogiri secara keseluruhan. Kabupaten Wonogiri sendiri lahir dari perjuangan Raden Mas Said, yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa. Nama “Wonogiri” berasal dari kata bahasa Jawa “wana” (hutan atau sawah) dan “giri” (gunung atau pegunungan), sehingga bermakna “hutan di pegunungan” atau “sawah di pegunungan”.
Di wilayah Jatisrono, terdapat sebuah peninggalan sejarah penting bernama Candi Pasiraman. Candi ini dibangun pada tahun 1828 di atas tanah yang pada masa itu termasuk wilayah Mangkunegaran Surakarta. Lokasinya berada di dekat kantor kecamatan Jatisrono dan pasar rakyat setempat. Konon, candi ini pernah menjadi tempat peristirahatan Pangeran Sambernyawa saat berjuang melawan penjajah.

Sayangnya, pada suatu periode, candi ini terbengkalai dan tidak terawat. Akibatnya, bangunan ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sebagai tempat buang air kecil secara sembarangan. Bau pesing yang menyengat pun membuat candi ini sempat dijuluki “Candi Pesing” oleh masyarakat sekitar.
Beruntung, nasib candi berubah berkat kepedulian seorang perempuan bernama Ambarini, warga Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono. Dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, Mbak Ambarini secara sukarela membersihkan dan merawat candi tersebut. Ia juga mengelola area di sekitar candi agar tetap bersih dan tertib. Beliau dengan tegas melarang siapa pun menggunakan candi seenaknya tanpa menjaga kebersihan.
Baca juga : Polri Ungkap Tren Baru: Kelompok Teroris Manfaatkan Game Online sebagai Saluran Perekrutan Anak
B Gratis berkat usaha Ambarini, candi yang sempat disebut “Candi Pesing” kini kembali menggunakan nama aslinya, Candi Pasiraman. Ketika ditemui oleh RI News Portal, Ambarini menyampaikan tekadnya:
“Saya akan terus merawat dan menjaga peninggalan sejarah ini. Tempat ini tidak boleh diperlakukan sembarangan karena merupakan warisan leluhur dan priyayi luhur pada masa itu.”
Kisah Ambarini dan Candi Pasiraman menjadi bukti nyata bahwa kepedulian satu orang saja dapat menyelamatkan dan mengembalikan martabat sebuah situs sejarah yang hampir hilang.
Penulis : Nandar Suyadi

