RI News Portal.Tangerang Selatan, 17 November 2025 – Kepolisian Resor Tangerang Selatan (Polres Tangsel) semakin memperdalam investigasi atas meninggalnya MH, pelajar kelas VII SMPN 19 Tangerang Selatan, dengan menjadikan keterangan tim medis sebagai elemen sentral. Fokus ini bertujuan mengungkap hubungan potensial antara kondisi kesehatan korban dan tuduhan perundungan yang diajukan keluarga, di tengah ketidakpastian penyebab kematian yang masih menyelimuti kasus.
AKBP Victor Daniel Henry Inkiriwang, Kapolres Tangsel, menyatakan bahwa enam saksi telah diperiksa sejauh ini, termasuk pihak terkait lingkungan sekolah dan keluarga. “Kami sedang mengintensifkan koordinasi dengan dokter yang merawat MH untuk memperoleh data medis yang presisi,” ujar Victor dalam keterangan resminya. Penekanan pada aspek kedokteran ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan krusial: apakah kematian MH murni disebabkan oleh penyakit bawaan, atau terdapat pengaruh dari trauma fisik akibat dugaan kekerasan.
Belum ada keputusan untuk melakukan autopsi, karena penyidik masih mengandalkan laporan medis rumah sakit sebagai dasar utama. Proses ini melibatkan verifikasi riwayat perawatan MH selama seminggu di fasilitas kesehatan, sebelum nyawanya tak tertolong. Keluarga korban tetap menjadi mitra dialog utama polisi, guna memastikan transparansi dan kelancaran prosedur hukum.

Kasus ini bermula dari laporan resmi yang diajukan kuasa hukum keluarga, didukung oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kota Tangerang Selatan. Tuduhan perundungan dilaporkan telah berlangsung sejak periode Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), dengan puncaknya pada 20 Oktober lalu. Saat itu, MH diduga mengalami pukulan keras di bagian kepala menggunakan bangku besi, yang memicu penurunan kesehatan drastis hingga dirujuk ke RS Fatmawati.
Rizki, kakak kandung MH, mengisahkan bahwa adiknya baru membuka cerita kelam tersebut saat kondisinya sudah kritis. “Pemukulan dengan kursi itu adalah yang paling menyakitkan baginya,” kata Rizki, yang menyoroti pola perundungan berkepanjangan yang sebelumnya disembunyikan korban karena rasa takut.
Baca juga : Upacara Penobatan Raja Baru Keraton Surakarta: Legitimasi Tradisi di Tengah Patahan Keluarga
Dari perspektif akademis, kasus ini mencerminkan tantangan dalam membedakan antara patologi medis dan dampak psikososial kekerasan di lingkungan pendidikan. Studi forensik sering menekankan pentingnya integrasi data klinis dengan bukti lapangan untuk menghindari kesimpulan prematur, sebagaimana dibahas dalam jurnal kriminologi kontemporer yang menyoroti kasus serupa di institusi sekolah. Penyelidikan Polres Tangsel, dengan pendekatan berbasis bukti medis, dapat menjadi preseden dalam menangani dugaan bullying fatal, di mana faktor trauma fisik berpotensi memperburuk kondisi preexisting.
Penyidik menyatakan akan segera menentukan langkah lanjutan begitu hasil analisis medis lengkap tersedia. Kasus MH tidak hanya menyita perhatian masyarakat lokal, tetapi juga memicu diskusi lebih luas mengenai mekanisme pencegahan kekerasan di sekolah dasar dan menengah, di mana intervensi dini sering kali menjadi kunci untuk mencegah eskalasi tragis.
Pewarta : Syahrudin Bhalak

