RI News Portal. Jakarta, 6 November 2025 – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa teori ‘Out of Nusantara’ sebagai asal mula persebaran manusia modern memiliki fondasi ilmiah yang kokoh, didasarkan pada hipotesis migrasi multiregional. Pernyataan ini disampaikannya di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Rabu (5/11/2025), sebagai respons terhadap perdebatan akademis yang semakin memanas mengenai evolusi manusia.
Menurut Fadli Zon, teori konvensional ‘Out of Africa’ yang mendominasi narasi global kini mendapat tantangan serius dari model migrasi multiregional. “Teori ini sudah di-challenge dengan hipotesa multiregional migration. Jadi tidak selalu dari Asia ke Afrika, Eropa, dan sebaliknya,” katanya kepada wartawan. Ia menekankan bahwa bukti arkeologis di wilayah Nusantara menjadi pilar utama, meskipun masih terdapat temuan yang belum dieksplorasi secara komprehensif.
Salah satu bukti kunci yang dikemukakan adalah lukisan gua berusia 51.200 tahun di Maros, Sulawesi Selatan, yang dianggap sebagai ekspresi seni tertua oleh Homo sapiens. Fadli juga menyoroti sekitar 2.500 lukisan purba di Gua Sangkulirang, Kalimantan Timur. “Selain lukisan, ada penemuan Gua Harimau yang berumur 22 ribu tahun, serta Gua Lida Ajer yang diperkirakan mencapai 60 ribu tahun,” jelasnya.

Lebih lanjut, gambar perahu yang dominan di gua-gua tersebut mengindikasikan kemampuan navigasi laut nenek moyang Nusantara. “Nah itu eranya Homo sapiens atau eranya Homo erectus kita tidak tahu. Tapi temuannya paling banyak 60 persen ada di sini,” tambah Fadli. Ia menyatakan bahwa temuan ini mendukung hipotesis bahwa Nusantara berperan sebagai pusat dispersi manusia, bukan sekadar penerima migrasi.
Fadli Zon menghimbau komunitas ilmiah dan masyarakat untuk tidak terpaku pada teori ‘Out of Africa’ semata. “Teori ‘Out of Nusantara’ ini sudah banyak yang melirik, kok,” ujarnya, seraya menekankan potensi revisi paradigma evolusi manusia berdasarkan data lokal.
Namun, klaim tersebut langsung menuai bantahan dari kalangan arkeolog. Profesor Harry Truman Simanjuntak, peneliti senior di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, menyatakan bahwa manusia di Nusantara sepenuhnya berasal dari migrasi eksternal. “Manusia Nusantara ini datang dari luar semua. Tidak ada yang tumbuh di Nusantara karena evolusi datang dari Afrika sana,” tegasnya.
Baca juga : Pengamanan Ketat Polres Jakarta Pusat: 1.464 Personel Gabungan Kawal Aksi Buruh di Depan DPR/MPR
Harry Truman menilai tidak ada bukti empiris yang mendukung ‘Out of Nusantara’. Ia membandingkan fosil Homo erectus di Indonesia, seperti di Trinil, Ngandong, Sangiran, dan Bumiayu, yang usianya lebih muda dibandingkan temuan di Afrika. “Homo erectus itu tidak menurunkan Homo sapiens seperti kita,” katanya, menegaskan bahwa spesies tersebut bukan leluhur langsung Homo sapiens Indonesia.
Perdebatan ini mencerminkan dinamika ilmiah yang sedang berkembang, di mana data arkeogenetik dan paleontologi terus dievaluasi ulang. Para ahli sepakat bahwa studi lanjutan, termasuk analisis DNA purba dari situs-situs Nusantara, diperlukan untuk menyelesaikan kontroversi ini. Sementara itu, teori alternatif seperti ‘Out of Nusantara’ mendorong pendekatan multiregional yang lebih inklusif terhadap narasi evolusi manusia global.
Pewarta : Vie

