
RI News Portal. Padangsidimpuan, 20 Oktober 2025 – Di bawah langit cerah pagi Minggu, 19 Oktober 2025, jalanan Jl. Merdeka, Wek II, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, berubah menjadi pusat kebaikan yang menggetarkan hati. Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila (PP) Kota Padangsidimpuan menggelar aksi donor darah massal bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), tepat seminggu menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 dan Hari Ulang Tahun (HUT) Pemuda Pancasila ke-66 pada 28 Oktober mendatang. Bukan sekadar rutinitas, aksi ini menjadi panggung nyata bagaimana generasi muda Sumatera Utara menyemai solidaritas di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota.
Acara yang berlangsung di depan kantor MPC PP ini menyatu sempurna dengan suasana Car Free Day (CFD) yang biasanya dipenuhi pejalan kaki, pesepeda, dan keluarga berekreasi. Tak disangka, deretan tenda donor darah berwarna merah putih itu justru mencuri perhatian. Ratusan warga yang awalnya asyik jogging atau bersepeda, berhenti sejenak, bertanya, dan akhirnya bergabung. Dari 50 pendaftar, 20 di antaranya lolos skrining medis dan berhasil menyumbang kantong darah segar—total 10 liter kehidupan yang siap menyelamatkan nyawa pasien di rumah sakit terdekat melalui jaringan PMI.
Fahdriansyah Siregar, Ketua MPC PP Kota Padangsidimpuan, berdiri tegar di tengah kerumunan, mikrofon di tangan. “Ini bukan donor darah biasa. Ini sumpah pemuda yang hidup kembali: satu nusa, satu bangsa, satu darah untuk sesama,” tegasnya dengan suara lantang yang disambut tepuk tangan meriah. Bagi Fahdriansyah, aksi ini adalah manifesto Pemuda Pancasila: organisasi yang lahir dari rahim perjuangan 1945 kini bertransformasi menjadi agen perubahan sosial. “Kami ajak pemuda bukan hanya berorasi, tapi beraksi. Setiap tetes darah ini adalah benih kepedulian yang kami tanam untuk generasi mendatang,” tambahnya, mata berbinar saat melihat antrean panjang pemburu darah pertama.

Pesan inspiratif datang lebih kuat dari Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Musa Rajekshah—atau akrab disapa Ijeck. Melalui video pesan yang diputar di layar besar, Ijeck menyapa kader-kadernya: “Kita bukan kumpulan elit, tapi mozaik masyarakat: dari kampus hingga pasar, dari balik meja hingga lapangan. Kompakanlah, lengkapilah satu sama lain, dan buatlah jejak emas untuk bangsa!” Kata-kata itu seperti angin segar, mendorong para relawan muda untuk tak hanya donor darah, tapi juga berbagi cerita perjuangan pribadi—dari mahasiswa yang baru lulus hingga pengusaha lokal yang rela libur kerja demi kebaikan bersama.
Di pinggir jalan yang bebas kendaraan, cerita-cerita hangat mengalir deras. Rizky Hidayat, pemuda 27 tahun yang biasa berlatih lari pagi, tak tahan untuk ikut donor. “Saya lihat Pemuda Pancasila ini beda. Bukan cuma janji di media sosial, tapi langsung turun ke jalan. Salut! Ini yang bikin saya bangga jadi orang Padangsidimpuan,” katanya sambil memegang stiker ‘Pahlawan Darah’ yang ditempel di lengannya. Tak jauh darinya, Ibu Siti (45), pedagang kaki lima, meneteskan air mata: “Anak-anak muda ini ingatkan saya pada masa Orde Lama. Darah mereka selamatkan suami saya tahun lalu. Semoga ini rutin, biar kota kita tambah solid.”
Baca juga : Pemerintah Perketat Larangan LPG 3 Kg Ilegal: Dugaan Keterlibatan Polisi di Sukoharjo Picu Sorotan Hukum
Antusiasme tak berhenti di situ. Seorang remaja SMA, Andi (17), yang baru pertama kali donor, berbagi: “Gue ikut gara-gara liat CFD rame, eh ternyata ada yang lebih keren. Ini bikin gue pengen gabung PP!” Sorak-sorai pecah saat petugas PMI mengumumkan target tercapai lebih cepat dari jadwal. Tak ada yang menyangka, aksi sederhana ini justru menjadi magnet yang menyatukan lintas generasi: dari balita yang dibopong ibunya hingga lansia yang datang dengan tongkat.
Di balik angka 20 kantong darah, tersimpan narasi lebih dalam. Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Dr. Hasan Basri, yang hadir sebagai saksi, menyebut aksi ini sebagai “rekonstruksi semangat 1928 di era digital.” Menurutnya, donor darah bukan hanya soal medis, tapi rekonstruksi identitas pemuda: dari loyalis Pancasila menjadi katalisator kemanusiaan. “Data PMI nasional tunjukkan stok darah Sumut defisit 30% tiap bulan. Inisiatif seperti ini bisa tutup celah itu, sekaligus bangun resiliensi sosial pasca-pandemi,” ungkap Dr. Hasan, menekankan dampak jangka panjang.
Menjelang 28 Oktober, aksi ini menjadi prolog sempurna untuk Hari Sumpah Pemuda. Pemuda Pancasila Padangsidimpuan tak hanya kumpulkan darah, tapi juga semangat: solidaritas yang tak tergoyahkan, kepedulian yang tak tergantikan. Di kota kecil ini, darah merah mengalir bukan hanya di pembuluh nadi, tapi di denyut jantung bangsa. Sebuah pengingat: pemuda Indonesia siap berjuang, bukan dengan senjata, tapi dengan hati yang tulus untuk negeri yang lebih baik.
Pewarta : Indra Saputra
