RI News Portal. Pineleng, Sulawesi Utara – 3 September 2025 – Di tengah ketergantungan masyarakat pedesaan pada sumber daya alam dasar, sebuah insiden perusakan infrastruktur air bersih telah mengguncang tiga desa di wilayah Pineleng. Forum Rapat Badan Musyawarah Desa (BMD) Pemerintah Desa Pineleng Satu secara resmi mendesak aparat Kepolisian Sektor (Polsek) Pineleng untuk segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) atas dugaan sabotase terhadap pipa-pipa paralon yang menghubungkan bak mata air Lahendong. Kejadian ini tidak hanya mengganggu pasokan air sehari-hari, tetapi juga menimbulkan pertanyaan lebih dalam tentang keamanan aset publik di daerah rawan konflik sumber daya.
Peristiwa yang pertama kali terdeteksi pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, sekitar pukul 21.00 WITA, telah meninggalkan ribuan warga Desa Pineleng Satu, Pineleng Dua, dan Pineleng Dua Indah dalam kondisi darurat air bersih. Pasokan air tiba-tiba terhenti total, memaksa penduduk bergantung pada sumber alternatif seperti sumur atau pembelian air kemasan yang mahal. Aparat penyaluran air Desa Pineleng Satu awalnya menduga adanya gangguan teknis pada pipa utama di sekitar bak mata air Lahendong, yang terletak di Desa Pineleng Dua. Namun, pengecekan lapangan keesokan harinya, Sabtu 30 Agustus 2025 pukul 06.00 WITA, mengungkap realitas yang lebih mengkhawatirkan: tiga saluran pipa utama yang menjadi arteri pasokan air bagi ketiga desa tersebut ditemukan dalam kondisi rusak parah, dengan potongan-potongan yang tampak seperti hasil tebasan alat tajam.

Seorang saksi mata dari Desa Pineleng, yang enggan disebutkan namanya karena alasan keamanan, menggambarkan kerusakan tersebut sebagai tindakan yang disengaja. “Pipa-pipa itu bukan rusak karena alam atau usia, tapi seperti ditebas pakai parang atau golok. Ini terjadi malam Jumat sekitar pukul 21.00, saat gelap dan sepi,” ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan tim kami. Dugaan ini memperkuat spekulasi bahwa oknum tertentu berada di balik insiden, mungkin terkait dengan persaingan akses sumber air atau motif pribadi yang belum terungkap. Dalam konteks akademis, kasus semacam ini sering kali mencerminkan dinamika konflik sumber daya di masyarakat agraris, di mana infrastruktur dasar menjadi target empuk untuk ekspresi ketidakpuasan sosial atau ekonomi.
Dampak langsung dari kerusakan ini terasa luas. Warga yang sebagian besar bergantung pada air bersih untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan sanitasi kini menghadapi risiko kesehatan, termasuk potensi penyebaran penyakit berbasis air jika kondisi berlarut-larut. “Air bersih adalah hak dasar kami. Tanpa itu, aktivitas sehari-hari lumpuh total,” tegas seorang ibu rumah tangga dari Pineleng Dua Indah, yang mewakili suara ratusan keluarga terdampak. Desakan warga semakin kuat agar pemerintah desa dan polisi tidak hanya memperbaiki pipa, tetapi juga menangkap pelaku untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Baca juga : Jambore Pramuka SD Jatisrono: Revitalisasi Pendidikan Luar Ruang di Tengah Vakum Pandemi
Hingga saat ini, pihak berwenang masih dalam tahap pendataan awal dan investigasi. BMD Pineleng Satu telah menggelar rapat darurat pada Selasa, 3 September 2025, untuk menyusun strategi respons, termasuk koordinasi dengan Polsek Pineleng. Sementara itu, tim teknis desa sedang mengevaluasi biaya perbaikan, yang diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah mengingat kerusakan pada tiga jalur utama. Pendekatan jurnalistik akademis dalam liputan ini menekankan pentingnya transparansi investigasi, di mana data forensik dari olah TKP bisa menjadi kunci untuk mengungkap motif di balik sabotase ini—apakah itu konflik interpersonal, persaingan bisnis air, atau isu lingkungan yang lebih besar.
Kasus ini juga mengingatkan pada pola serupa di wilayah Sulawesi Utara, di mana infrastruktur air sering menjadi korban vandalisme akibat kurangnya pengawasan. Untuk membedakan dari liputan media online konvensional yang cenderung sensasional, analisis ini menyoroti aspek preventif: perlunya integrasi teknologi pengawasan seperti sensor IoT pada pipa kritis, serta pendidikan komunitas tentang pengelolaan sumber daya bersama. Warga berharap pasokan air bisa pulih dalam waktu dekat, sementara masyarakat sipil mendesak pemerintah daerah untuk meningkatkan patroli di area sumber air strategis. Investigasi lebih lanjut diharapkan membawa keadilan bagi korban dan memperkuat resiliensi infrastruktur pedesaan.
Pewarta : Marco Kawulusan

