
RI News Portal. Wonogiri, 25 Agustus 2025 — Kabupaten Wonogiri kembali meneguhkan posisinya sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa dengan menggelar Festival Reog dan Tari Kethek Ogleng. Agenda tahunan ini berlangsung pada Selasa–Rabu (26–27 Agustus 2025) di Alun-Alun Giri Krida Bakti serta Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, melibatkan puluhan kelompok seni pelajar dari berbagai kecamatan.
Festival ini menghadirkan 14 grup tari tingkat SMP dan 18 grup tari tingkat SD dalam lomba tari kethek ogleng. Lomba tingkat SMP akan digelar di Alun-Alun Giri Krida Bakti pada Selasa malam, sedangkan lomba tingkat SD dilaksanakan pada Rabu pagi di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri. Sementara itu, festival reog yang diikuti lima grup seni dari lima Koordinator Wilayah Cabang Dinas Pendidikan, akan dipentaskan Rabu malam di Alun-Alun.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri, Panggah Triasmara, menekankan bahwa festival ini mengangkat tema “Kearifan Lokal Seni Tradisi”. Penilaian peserta meliputi aspek kepenyairan (wirata, wirama, wirasa), kreativitas garapan, koreografi, dan penampilan panggung.

“Festival ini tidak hanya sekadar kompetisi. Ia adalah upaya menjaga kesenian tradisional lokal agar tetap hidup di tengah anak-anak. Nilai sejarah dan filosofi yang terkandung di dalamnya penting untuk membentuk jati diri generasi muda,” kata Panggah, Senin (25/8/2025).
Selain sebagai pelestarian budaya, festival juga memberikan ruang ekspresi bagi anak-anak untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri. Hadiah yang diperebutkan dalam festival ini mencapai Rp14 juta.
Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, dalam pernyataannya menegaskan bahwa kebudayaan merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Wonogiri. Karena itu, Pemkab berkomitmen untuk memperluas ruang apresiasi seni dan budaya, sekaligus memfasilitasi para pelaku seni lokal.
Baca juga : Klaten Hadirkan “Lapor Mas Bup”: Dari Aduan Serius Hingga Curhatan Unik Warga
“Wonogiri tidak bisa dipisahkan dari kesenian tradisional. Ia hidup bersama masyarakat. Ke depan, Pemkab akan membentuk Dewan Kesenian Daerah yang berperan sebagai mitra pemerintah dalam merumuskan kebijakan seni budaya lokal,” jelas Setyo.
Dari perspektif akademis, festival ini bukan hanya ajang hiburan. Ia merepresentasikan ruang publik budaya di mana generasi muda memperoleh kesempatan tampil, berkreasi, sekaligus memperkuat akar identitas kolektif. Tari kethek ogleng dan reog yang diusung para pelajar merefleksikan kesinambungan antara warisan budaya masa lalu dan kebutuhan ekspresi masa kini.
Dengan melibatkan institusi pendidikan, festival ini juga sejalan dengan paradigma pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Anak-anak tidak sekadar mempelajari tari atau musik, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai estetika, kedisiplinan, serta rasa kebersamaan yang melekat pada kesenian tradisional.
Festival Reog dan Kethek Ogleng 2025 dengan demikian dapat dibaca sebagai strategi kultural: menjaga warisan, membangun ekosistem kebudayaan, sekaligus menyiapkan generasi muda yang tidak tercerabut dari akar lokalitasnya.
Pewarta : Nandar Suyadi
