
RI News Portal. Wonogiri 24 Agustus 2025 – Dalam semangat memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah Kabupaten Wonogiri mengambil langkah inovatif dengan menggelar pertunjukan wayang kulit secara serentak di 25 kecamatan. Inisiatif ini bukan sekadar perayaan ritual tahunan, melainkan sebuah pernyataan filosofis tentang pelestarian identitas budaya Jawa di tengah arus globalisasi yang semakin deras. Sebagai pengganti karnaval pembangunan yang biasanya menjadi andalan peringatan 17 Agustus, pertunjukan wayang ini menekankan nilai-nilai gotong royong, harmoni sosial, dan warisan leluhur yang terancam pudar oleh pengaruh budaya asing.
Pendekatan ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam perayaan nasional: dari ekspresi pembangunan material ke revitalisasi spiritual dan kultural. Di Kabupaten Wonogiri, yang dikenal sebagai lumbung budaya Jawa Tengah, wayang kulit bukan hanya hiburan malam hari, tapi alat pendidikan yang mengintegrasikan generasi muda dengan akar sejarah mereka. Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, menjelaskan bahwa keputusan ini lahir dari kesepakatan bersama untuk mengangkat pakeliran wayang kulit oleh dalang-dalang lokal. “Pertunjukan wayang kulit ini sekaligus sebagai ganti dari absennya acara karnaval Agustusan. Biasanya karnaval Agustusan digelar di setiap kecamatan pada tahun-tahun lalu, maka sebagai gantinya 25 Kecamatan di Wonogiri disepakati menggelar sekaligus guna mengangkat budaya pakeliran wayang kulit oleh para dalang lokal Kabupaten Wonogiri,” ujar Bupati Setyo Sukarno dalam pernyataannya sebelum acara.

Di Kecamatan Jatisrono, perayaan ini mencapai puncak kemeriahan pada Sabtu malam (23 Agustus 2025), di mana pertunjukan wayang kulit dimeriahkan dengan bazaar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta pentas seni budaya lokal. Acara ini tidak hanya menjadi panggung bagi seniman dewasa, tapi juga melibatkan pelajar dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SLTA), menciptakan ekosistem pelestarian yang inklusif. Bazaar UMKM menampilkan produk lokal seperti kerajinan anyaman dan makanan tradisional, yang secara simbolis menghubungkan ekonomi rakyat dengan narasi budaya.
Pelaksana Tugas (Plt) Camat Jatisrono, Danang Sugiyatmoko S.ST.MM, dalam pidatonya menyampaikan apresiasi mendalam terhadap partisipasi masyarakat. Ia menekankan komitmen untuk memperluas inisiatif ini ke hari-hari besar nasional lainnya. “Mengapresiasi semua kegiatan dan akan menggalakkan hal serupa tidak hanya pada HUT RI saja melainkan pada hari-hari besar lainnya pun akan digelar tampilan seni budaya mulai jenjang tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat sekolah lanjutan menengah atas (SLTA) agar semua bidang seni di Kecamatan Jatisrono dapat dilestarikan,” kata Danang Sugiyatmoko.
Baca juga : Semangat Gotong Royong dan Kesehatan Terpancar dalam Senam Sehat Bersama di Candi Sewu
Marsanto, Ketua Malam Resepsi Bidang Seni dan Budaya, menambahkan perspektif generasional dalam wawancaranya dengan RI NEWS. Ia menyoroti peran seni dalam membentuk karakter milenial yang sadar budaya. “Melalui seni budaya maka akan lahir generasi penerus yang bersifat milenial peduli dan ikut melestarikan budaya seni Jawa yang semakin tergerus oleh budaya kekinian dari luar,” ungkap Marsanto. Pernyataannya ini menggarisbawahi urgensi akademis: bagaimana seni tradisional seperti wayang dapat menjadi benteng terhadap homogenisasi budaya global, sebagaimana dibahas dalam studi antropologi budaya kontemporer.
Acara di Jatisrono dimulai sejak pagi hingga malam, menampilkan beragam seni budaya yang mencerminkan kekayaan lokal. Berikut adalah daftar penampilan utama, yang menunjukkan partisipasi lintas generasi dan institusi:

- Karawitan SDN I Pule: Penampilan gamelan klasik yang memperkenalkan ritme Jawa kepada anak-anak.
- Karawitan SDN I Rejosari: Variasi irama yang menekankan harmoni kolektif.
- Karawitan Guru TK Kecamatan Jatisrono: Kolaborasi pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai dasar seni.
- Karawitan SDN III Pandeyan: Ekspresi musikal yang kental dengan elemen spiritual.
- Ganongan SDN I Watangsono: Permainan alat musik tradisional yang energik dan interaktif.
- Seni Tari SDN Gunungsari: Gerak tari yang menggambarkan cerita rakyat lokal.
- Seni Tari SDN II Jatisrono: Koreografi yang mengintegrasikan elemen modern dengan tradisi.
- Seni Tari SDN I Watangsono: Penampilan yang menonjolkan keanggunan dan ketepatan gerak.
- Seni Tari SDN I Sumberejo: Tari yang berfokus pada tema alam dan kehidupan desa.
- Seni Tari SD Ibnu Sina: Interpretasi tari yang inovatif dari sekolah berbasis agama.
- Perkusi SDN II Tanggulangin: Ritme perkusi yang dinamis sebagai transisi ke malam hari.
Acara ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, di mana dalang lokal menghidupkan kisah-kisah epik seperti Mahabharata atau Ramayana, diselingi pesan moral tentang kemerdekaan dan persatuan. Marsanto menegaskan, “Dari sejumlah seni budaya yang masih kental dan masih dipertahankan di Kecamatan Jatisrono menjadi icon seni budaya lokal generasi masa depan.”
Selain meramaikan HUT RI, inisiatif ini bertujuan mempertegas Kabupaten Wonogiri sebagai “kota budaya”. Dengan melibatkan dalang lokal di seluruh kecamatan, pemerintah daerah tidak hanya melestarikan wayang kulit—yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia—tapi juga membangun narasi nasional tentang bagaimana tradisi dapat beradaptasi dengan era digital. Di tengah tren media sosial yang mendominasi hiburan muda, acara seperti ini menawarkan alternatif edukatif, mendorong generasi Z dan Alpha untuk terlibat aktif dalam pelestarian.
Pendekatan ini bisa menjadi blueprint bagi daerah lain di Indonesia, di mana budaya lokal sering kali kalah bersaing dengan konten impor. Studi akademis tentang etnografi budaya menunjukkan bahwa integrasi seni tradisional dalam perayaan nasional dapat meningkatkan rasa bangga identitas, sekaligus mendukung ekonomi kreatif melalui UMKM. Wonogiri, melalui wayang serentak ini, bukan hanya merayakan kemerdekaan, tapi juga memastikan bahwa semangat 1945 tetap hidup dalam bentuk yang relevan hari ini.
Pewarta : Nandar Suyadi
RI News Portal adalah platform media online independen yang fokus pada analisis mendalam tentang warisan budaya Indonesia, dengan pendekatan interdisipliner menggabungkan jurnalisme, antropologi, dan teknologi digital. Ikuti kami untuk update eksklusif tentang revitalisasi tradisi di era modern.
