
RI News Portal. Wonogiri – Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Sengkuyung Tahap III Tahun 2025 kembali dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri, dengan fokus pembangunan infrastruktur di Desa Boto, Kecamatan Jatiroto. Program yang diinisiasi oleh Kodim 0728/Wonogiri ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan desa melalui kolaborasi antara TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat sipil.
Komandan Kodim 0728/Wonogiri, Letkol Inf Edi Ristriyono, menjelaskan bahwa TMMD Sengkuyung Tahap III mencakup pembangunan fisik strategis, termasuk pembangunan jalan beton sepanjang satu kilometer, talut di tiga lokasi berbeda, dan jembatan yang menghubungkan antar-dusun. Letkol Edi memastikan seluruh pekerjaan akan diselesaikan sesuai jadwal dan standar kualitas yang telah ditetapkan, tanpa adanya hambatan signifikan di lapangan.
“Kami memastikan semua program kegiatan TMMD akan berjalan sesuai rencana, selesai tepat waktu, dan berkualitas, yang dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat,” ujar Letkol Edi. Pernyataan ini menunjukkan komitmen terhadap efektivitas dan akuntabilitas program dalam mencapai sasaran pembangunan.

Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, yang secara resmi membuka program ini, menegaskan bahwa TMMD merupakan wujud nyata dari sinergi pembangunan yang berkelanjutan. Ia menyebutkan bahwa program serupa telah sukses dilaksanakan di Eromoko dan Jatipurno pada tahun yang sama.
“Inilah bentuk percepatan pembangunan yang mempersatukan segenap elemen pemerintah dan masyarakat untuk membangun desa secara komprehensif dan menyeluruh, sekaligus untuk terus menjaga rasa persatuan, kesatuan, dan semangat kerukunan dan bergotong royong,” kata Setyo.
Model pembangunan yang melibatkan berbagai elemen ini dinilai sebagai upaya kolektif untuk menggalang kekuatan lokal. Sinergi dari setiap kontribusi pembangunan desa diharapkan dapat mendukung visi besar Kabupaten Wonogiri untuk lima tahun ke depan, yaitu mewujudkan masyarakat yang berdaya saing, maju, sejahtera, dan berkelanjutan.
Secara akademis, program TMMD dapat dianalisis sebagai model intervensi pembangunan yang mengintegrasikan sumber daya militer dengan agenda pembangunan sipil. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada hasil fisik, tetapi juga pada penguatan kohesi sosial dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Keberhasilan program ini, seperti yang diindikasikan oleh progres yang baik dan tidak adanya kendala, menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor dapat menjadi strategi efektif dalam mengatasi tantangan pembangunan di tingkat lokal.
Pewarta : Nandar Suyadi
