
RI News Portal. Kyiv, Ukraina 07 Juni 2025 – Rusia meluncurkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah wilayah di Ukraina pada Kamis malam (6/6), menyebabkan sedikitnya empat orang tewas dan lebih dari 50 lainnya luka-luka. Serangan yang digambarkan sebagai salah satu yang paling dahsyat dalam tiga tahun perang ini menghantam enam wilayah, termasuk ibu kota Kyiv, Ternopil, Lviv, Khmelnytskyi, Chernihiv, dan Poltava.
Menurut pejabat Ukraina, serangan udara ini berlangsung selama beberapa jam dan melibatkan 407 drone serta 44 rudal balistik dan jelajah. Angkatan Udara Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh sekitar 200 drone dan 30 rudal.
Korban jiwa termasuk tiga petugas penyelamat yang tewas saat merespons kebakaran akibat serangan di Kyiv, serta satu warga yang ditemukan di bawah reruntuhan gedung apartemen. Di Distrik Solomyanskyi, kebakaran hebat melanda lantai atas gedung apartemen 16 lantai. Ribuan rumah tangga di bagian timur Kyiv mengalami pemadaman listrik, sementara serangan di Ternopil merusak infrastruktur vital dan mengganggu pasokan air bersih.

“Saya mendengar suara dengung, lalu ledakan besar. Jendela rumah kami hancur. Saya benar-benar mengira saat itu adalah akhir hidup saya,” ujar Vitalina Vasylchenko (14), warga Kyiv yang mengungsi ke garasi bawah tanah bersama ibu dan adiknya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan fasilitas militer Ukraina, termasuk depot senjata, pabrik drone, dan fasilitas perbaikan. Namun, banyak serangan justru menghantam kawasan pemukiman dan infrastruktur sipil, sesuai pola serangan sebelumnya yang kerap menimbulkan korban non-militer.
Di pihak lain, Ukraina juga melancarkan serangan drone ke wilayah Rusia. Otoritas Moskow menyebut telah menembak jatuh 10 drone Ukraina yang mengarah ke ibu kota. Serangan udara Ukraina dilaporkan merusak gedung apartemen dan pabrik industri di tiga wilayah Rusia, serta menyebabkan tiga orang luka-luka. Rusia mengklaim telah menjatuhkan total 174 drone Ukraina di 13 wilayah dan tiga rudal jenis Neptune di Laut Hitam.
Situasi ini memperkeruh upaya diplomatik yang tengah digalang Amerika Serikat. Ukraina sebelumnya telah menawarkan gencatan senjata 30 hari tanpa syarat dan pertemuan langsung antara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Vladimir Putin. Namun, Kremlin menolak tawaran tersebut dan tetap berkeras pada tuntutannya.
“Rusia terus memproyeksikan seolah-olah terbuka untuk negosiasi, padahal menolak memberikan konsesi apa pun,” kata Institut Studi Perang (ISW) yang berbasis di Washington.
Mantan Presiden AS Donald Trump bahkan sempat menyatakan bahwa mungkin lebih baik membiarkan Ukraina dan Rusia “bertempur sebentar” sebelum mendorong perdamaian. Pernyataan ini memicu kritik karena dianggap bertentangan dengan seruan damai yang selama ini ia gaungkan.
Pembicaraan damai lanjutan dan pertukaran tawanan perang dijadwalkan akan dilakukan dalam beberapa minggu ke depan, meski prospeknya kini tampak semakin suram.
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal