
RI News Portal. London, 6 Juni 2025 — Dunia sepak bola kembali menyaksikan dinamika ironis yang kerap menghantui pelatih klub besar: prestasi tak menjamin keberlangsungan jabatan. Tottenham Hotspur resmi memecat Ange Postecoglou pada Jumat (6/6/2025), hanya beberapa pekan setelah sang pelatih mengantarkan klub London tersebut meraih trofi Liga Europa dan mengakhiri penantian panjang gelar selama 17 tahun.
Dalam pernyataan resmi klub, manajemen Tottenham mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil setelah “tinjauan terhadap kinerja dan refleksi yang signifikan.” Meskipun mengakui pencapaian historis sang pelatih, klub yang dikomandoi oleh Chairman Daniel Levy menyoroti performa buruk di Premier League musim 2024/2025, di mana Spurs finis di peringkat ke-17 dengan hanya 38 poin dari 38 pertandingan—rekor terburuk sejak mereka terdegradasi pada 1977.
Ange Postecoglou, pelatih asal Australia berdarah Yunani, menyampaikan pernyataan perpisahan yang penuh empati. Ia menegaskan rasa bangganya dapat memimpin klub dengan sejarah panjang tersebut. “Berbagi pengalaman itu dengan semua yang benar-benar mencintai klub ini dan melihat dampaknya pada mereka adalah sesuatu yang tidak akan pernah saya lupakan,” ungkapnya.

Postecoglou tiba di Tottenham dengan ekspektasi besar pasca kesuksesannya di Celtic FC. Di bawah asuhannya, Spurs tampil dinamis dan sempat menduduki papan atas di awal musim. Namun badai cedera, penurunan performa pemain kunci, dan isu konsistensi membuat performa domestik klub merosot drastis. Meski demikian, pencapaian monumental di Eropa menjadi penanda keberhasilan tak terbantahkan—mengalahkan Manchester United 1-0 di final Liga Europa 2025 dan mengamankan tiket Liga Champions musim depan.
Dalam 101 laga bersama Spurs, Postecoglou membukukan 47 kemenangan, 15 imbang, dan 39 kekalahan—dengan persentase kemenangan sebesar 46,53 persen. Statistik ini menempatkannya sebagai salah satu manajer Spurs dengan kontribusi signifikan dalam satu dekade terakhir, terutama dalam konteks pencapaian trofi.
Baca juga : Kemkomdigi Pastikan Regulasi Turunan UU PDP Masih Dibahas: Lembaga Pengawas Segera Dibentuk
Keputusan pemecatan ini menimbulkan diskursus di kalangan pengamat olahraga, akademisi, dan pecinta sepak bola global. Dari sudut pandang manajemen olahraga, tindakan Tottenham dapat dipahami sebagai upaya mitigasi risiko jangka panjang, terutama terkait performa liga domestik dan ancaman degradasi. Namun secara etis, keputusan ini membuka ruang kritik atas budaya industri sepak bola modern yang menilai manajer bukan hanya dari hasil akhir, melainkan dari ekspektasi komersial yang kian tak rasional.
Dalam konteks politik klub, keputusan ini juga mencerminkan tekanan internal yang kompleks. Meski Postecoglou membawa kejayaan Eropa, kegagalan di liga domestik dipandang merusak citra stabilitas klub. Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas terhadap pelatih sering kali bersifat transaksional, dan capaian historis tak mampu menjamin kontinuitas kepemimpinan.
Pemecatan Ange Postecoglou menjadi contoh kontemporer betapa sempitnya ruang apresiasi dalam dunia sepak bola elit. Ia pergi membawa kehormatan—tapi juga menyisakan ironi mendalam. Bahwa dalam sepak bola modern, gelar juara pun kadang tidak cukup untuk bertahan.
Pewarta : Vie

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal