
RI News Portal. Beirut 31 Mei 2025 – Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kembali menunjukkan eksistensinya melalui dua serangan di wilayah selatan Suriah pada akhir Mei 2025. Salah satu serangan menargetkan pasukan pemerintah baru Suriah, dan dipandang sebagai bentuk pertama dari serangan langsung ISIS terhadap aparat negara sejak lengsernya rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024.
Melalui pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis (29/5), ISIS mengklaim bahwa mereka melakukan serangan bom terhadap kendaraan militer Suriah di daerah al-Safa, gurun tandus di Provinsi Sweida. Serangan yang terjadi pada Kamis sebelumnya, 22 Mei 2025, diklaim menewaskan atau melukai sedikitnya tujuh personel militer pemerintah. Dalam pernyataan terpisah, ISIS juga mengaku melakukan serangan bom terhadap pejuang Tentara Pembebasan Suriah (FSA) – kelompok oposisi yang kini mendapatkan dukungan terbuka dari Amerika Serikat – di wilayah terdekat. Serangan tersebut disebut menewaskan satu pejuang dan melukai tiga lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari otoritas Damaskus maupun dari FSA. Namun, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di London melaporkan bahwa dalam serangan di al-Safa, seorang warga sipil turut menjadi korban jiwa, sementara tiga tentara pemerintah mengalami luka-luka. Lembaga ini menandai peristiwa tersebut sebagai serangan besar pertama ISIS terhadap pasukan pemerintah sejak terbentuknya pemerintahan transisi pasca-Assad di bawah Presiden Ahmad al-Sharaa.

Konteks politik Suriah saat ini mengalami perubahan signifikan setelah kejatuhan Bashar al-Assad, yang memerintah selama lebih dari lima dekade. Pemerintahan baru di bawah Presiden Ahmad al-Sharaa menghadirkan dinamika baru dalam lanskap kekuasaan Suriah. Al-Sharaa sendiri merupakan mantan pemimpin cabang al-Qaeda di Suriah dan memiliki sejarah panjang pertempuran dengan ISIS. Keberadaannya di pucuk pemerintahan memunculkan tantangan baru bagi kelompok ekstremis tersebut.
Sejak dikalahkan secara militer oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pada Maret 2019, ISIS tidak lagi menguasai wilayah secara teritorial. Namun, organisasi tersebut tetap mempertahankan struktur jaringan bawah tanah dan aktif melakukan serangan gerilya di wilayah timur dan selatan Suriah. Meskipun kekuatan militer konvensional mereka telah lumpuh, ISIS tetap menunjukkan kemampuan adaptif dalam memanfaatkan celah keamanan yang muncul akibat transisi politik.
Pada Januari lalu, media pemerintah melaporkan bahwa aparat intelijen berhasil menggagalkan rencana ISIS untuk meledakkan bom di tempat suci umat Syiah di selatan Damaskus, menunjukkan bahwa kelompok ini tetap memfokuskan targetnya pada isu sektarian dan simbolik.
Baca juga : Ukraina Siap Lanjutkan Perundingan Damai: Antara Diplomasi, Tekanan Geopolitik, dan Harapan Perdamaian
Pertemuan bilateral antara Presiden Ahmad al-Sharaa dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Arab Saudi awal Mei 2025 menandai pentingnya dukungan internasional bagi stabilisasi Suriah pasca-konflik. Dalam pernyataan resminya, Gedung Putih menyatakan bahwa Trump mendesak pemerintahan baru Suriah untuk:
- Mengakui Israel secara diplomatis;
- Mengusir seluruh kelompok bersenjata asing dari Suriah;
- Menjalin kerja sama strategis dengan AS dalam mengatasi kebangkitan kembali ISIS.
Trump juga menyatakan kesediaan Washington untuk meninjau ulang sanksi ekonomi yang telah lama membebani perekonomian Suriah.

Kebangkitan ISIS dalam bentuk serangan sporadis pasca-2019 menunjukkan bahwa eliminasi teritorial bukanlah akhir dari organisasi ekstremis transnasional. Dalam konteks Suriah, konflik berkepanjangan, fragmentasi otoritas, dan transisi kekuasaan membuka ruang bagi jaringan seperti ISIS untuk melanjutkan aktivitas dengan pendekatan baru.
Serangan di Sweida menjadi indikator penting atas potensi eskalasi kekerasan di kawasan yang selama ini relatif tenang. Hal ini menuntut perhatian dari pemerintah baru Suriah, mitra internasional, serta komunitas regional, untuk tidak sekadar fokus pada pemulihan politik, tetapi juga penguatan keamanan jangka panjang dan rehabilitasi ideologi radikal.
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal