
RI News Portal. Kyiv, Ukraina 31 Mei 2025 — Pemerintah Ukraina menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan perundingan damai langsung dengan Federasi Rusia di Istanbul, Turki, pada tanggal 2 Juni 2025. Pernyataan ini disampaikan oleh Andrii Yermak, Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, di tengah ketidakpastian selama beberapa hari mengenai kelanjutan dialog yang digagas Moskow. Namun, Ukraina menegaskan bahwa partisipasi mereka bergantung pada komitmen Kremlin untuk menyerahkan memorandum resmi yang memuat posisi mereka secara tertulis dalam penyelesaian konflik.
Sejak pecahnya perang pada awal 2022, berbagai upaya perundingan telah dilakukan, namun belum menghasilkan penyelesaian menyeluruh. Perundingan di Istanbul akan menjadi putaran kedua setelah pertemuan perdana pada 16 Mei lalu, yang menghasilkan kesepakatan pertukaran 1.000 tahanan dari masing-masing pihak — pertukaran terbesar sejauh ini dalam konflik tersebut.
“Ukraina siap hadir dalam pertemuan lanjutan, tetapi kami mengharapkan diskusi yang sungguh-sungguh dan konstruktif,” kata Yermak melalui pernyataan resminya. Ia juga menekankan pentingnya Rusia menyampaikan draf dokumen resmi sebelum pertemuan digelar.

Konflik Rusia–Ukraina telah menjadi episentrum ketegangan geopolitik global, melibatkan kepentingan strategis dari berbagai negara besar. Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa secara konsisten mendukung Ukraina, termasuk menyerukan gencatan senjata tanpa syarat. Sementara itu, Rusia menuntut penyelesaian damai dengan syarat yang dianggap lebih menguntungkan kepentingan politik dan militernya.
Dalam pernyataan terpisah, diplomat senior Ukraina, Andrii Sybiha, menegaskan bahwa Ukraina terbuka untuk diskusi damai, termasuk kemungkinan gencatan senjata dalam jangka pendek. Ia juga menyebut peluang pertemuan puncak antara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Vladimir Putin, yang menurut Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, dapat pula melibatkan Presiden AS Donald Trump sebagai pihak ketiga.
“Kita tidak bisa terus-menerus menormalisasi perang. Ada dua pilihan: melanjutkan konflik, atau menegosiasikan perdamaian abadi sebelum tahun ini berakhir,” ujar Fidan dalam konferensi pers bersama di Kyiv.
Meski dialog kembali dibuka, skeptisisme tetap tinggi. Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, menyatakan bahwa pembicaraan akan bersifat “kosong” jika Rusia tidak menyampaikan secara jelas usulan mereka. Ia menegaskan bahwa posisi Ukraina telah disampaikan secara resmi kepada pihak Rusia.
Baca juga : Ketidakpastian Gencatan Senjata di Gaza: Antara Harapan dan Realitas Politik Internasional
Dari pihak Moskow, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov telah mengonfirmasi kesediaan untuk hadir dalam pertemuan di Istanbul dan akan menggunakan kesempatan tersebut untuk memaparkan “akar penyebab perang” menurut sudut pandang Rusia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga mengonfirmasi keberangkatan delegasi Rusia.
Dari perspektif ilmu hubungan internasional, perundingan ini mencerminkan kompleksitas penyelesaian konflik bersenjata yang melibatkan aktor negara besar. Pendekatan realistis dalam teori hubungan internasional menjelaskan bahwa aktor negara akan terus mendorong kepentingan strategisnya selama mereka masih memiliki kapasitas militer. Namun, diplomasi — terutama yang dimediasi oleh negara ketiga seperti Turki — menjadi ruang penting bagi kompromi dan pembentukan konsensus.

Pengamat politik internasional menilai bahwa pertukaran tahanan merupakan “confidence-building measure” (langkah membangun kepercayaan) yang penting. Namun, untuk mendorong perdamaian berkelanjutan, diperlukan komitmen yang lebih jauh dalam hal gencatan senjata, pengakuan kedaulatan, serta pembentukan mekanisme jangka panjang pascakonflik.
Kesiapan Ukraina untuk kembali ke meja perundingan menunjukkan bahwa diplomasi masih menjadi opsi yang terbuka di tengah konflik berkepanjangan. Namun, keberhasilan perundingan sangat ditentukan oleh kemauan politik kedua belah pihak, serta tekanan dan dukungan dari aktor-aktor internasional.
Dengan ketegangan yang masih tinggi di medan perang dan posisi negosiasi yang belum sepenuhnya selaras, Istanbul akan menjadi saksi penting: apakah dunia menyaksikan langkah maju menuju perdamaian, atau sekadar pengulangan dari kebuntuan diplomasi yang telah terjadi sebelumnya.
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal