
RI News Portal. Tel Aviv, Israel — Sedikitnya 25 warga Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel saat mereka tengah mencari bantuan kemanusiaan di Gaza pada Rabu (13/8), menurut laporan pejabat kesehatan setempat dan saksi mata. Insiden ini terjadi di tengah seruan terbaru Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendorong apa yang ia sebut sebagai “migrasi sukarela” warga Palestina dari wilayah konflik tersebut.
Netanyahu menyatakan ide ini sejalan dengan visi mantan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan sebagian besar penduduk Gaza—lebih dari 2 juta jiwa—ke luar wilayah. Para pengkritik menilai kebijakan itu berpotensi menjadi bentuk pembersihan etnis.
“Kami tidak memaksa mereka keluar, tetapi memberi kesempatan untuk pergi, baik dari zona perang maupun dari Jalur Gaza,” ujar Netanyahu dalam wawancara dengan stasiun televisi i24, membahas rencana serangan di wilayah yang mencakup Kota Gaza, tempat ratusan ribu pengungsi berlindung.

Menurut staf medis di Rumah Sakit Nasser dan Awda, korban tewas termasuk 14 orang di daerah Teina, sekitar 3 km dari lokasi distribusi bantuan pangan milik Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Saksi mata menyebut pasukan Israel menembaki warga yang berusaha mendekat ke lokasi.
Lima korban lainnya tewas di dekat lokasi distribusi GHF di koridor Netzarim. Selain itu, enam orang dilaporkan tewas di dekat koridor Morag saat menunggu truk bantuan.
Militer Israel mengklaim tidak mengetahui adanya korban di beberapa area tersebut dan menyebut GHF tidak mengalami insiden pada hari itu. AS dan Israel mendukung GHF sebagai alternatif PBB, yang mereka tuduh membiarkan Hamas mengambil sebagian bantuan—tuduhan yang dibantah PBB.
Upaya memulai kembali perundingan gencatan senjata yang sempat terhenti bulan lalu kembali digelar di Kairo antara Hamas dan Mesir. Namun, Israel menyatakan tidak akan mengirim tim perundingnya.
Baca juga : Rusia Tembus Garis Pertahanan Ukraina Menjelang KTT Putin–Trump: Ancaman Baru di Donetsk
Mesir mengusulkan gencatan senjata awal 60 hari yang mencakup pembebasan sebagian sandera, masuknya bantuan kemanusiaan, dan dilanjutkan perundingan gencatan senjata permanen. Hamas menegaskan hanya akan membebaskan sandera jika Israel membebaskan tahanan Palestina, menghentikan serangan, dan menarik pasukan dari Gaza.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat. Seorang pemukim Israel menembak mati Thamin Dawabshe (35), kerabat jauh korban serangan bom molotov oleh pemukim pada 2015. Militer Israel menyebut aksi itu sebagai pembelaan diri setelah dilempari batu, namun kelompok HAM menuduh militer kerap membiarkan kekerasan pemukim tanpa sanksi.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menculik 251 sandera. Israel kemudian melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran yang telah menewaskan lebih dari 61.700 warga Palestina di Gaza, sekitar separuhnya perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dianggap PBB sebagai sumber paling tepercaya untuk data korban perang.
Pewarta : Setiawan S.TH
