
RI News Portal. Wonogiri, 18 Oktober 2025 – Upaya Polres Wonogiri dalam membentengi generasi muda dari jerat narkoba kian masif. Sabtu pagi ini, Polsek Baturetno menggelar sosialisasi intensif bertajuk Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Balai Desa Setrorejo, Kecamatan Baturetno. Kegiatan yang menyasar remaja desa dan ibu-ibu PKK ini bukan hanya menyampaikan fakta, tapi juga menumbuhkan semangat kolaborasi masyarakat untuk memutus rantai peredaran gelap di akar rumput.
Dipimpin langsung Kapolsek Baturetno AKP Surono, S.H., M.H., acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB ini dihadiri puluhan peserta. Mereka terdiri dari remaja energik Setrorejo dan anggota TP PKK yang dipimpin Ibu Sukatmi, serta didukung Kepala Desa Jamadi. Suasana balai desa yang sederhana berubah menjadi forum diskusi hidup, di mana peserta tak hanya mendengar, tapi juga berbagi cerita pengalaman sehari-hari menghadapi godaan narkoba.
Sesi dimulai dengan sambutan hangat Kepala Desa Jamadi, yang menyoroti betapa desa mereka sering menjadi sasaran peredaran lintas daerah. Dilanjutkan pemaparan mendalam AKP Surono, yang menguraikan jenis-jenis narkoba seperti sabu-sabu dan ganja sintetis yang kian licin menyusup lewat media sosial. “Narkoba bukan musuh tak terlihat; ia merampas mimpi anak muda kita. Orang tua, waspadai perubahan pola tidur atau isolasi diri anak. Remaja, pahami dampaknya: dari rusak otak hingga kehancuran karir,” tegas AKP Surono, disambut anggukan setuju dari barisan ibu-ibu PKK.

Lebih dari sekadar ceramah, sosialisasi ini menonjolkan pendekatan inovatif: sesi role-playing di mana remaja berlatih menolak tawaran narkoba dari ‘teman sebaya’ fiktif, sementara ibu-ibu PKK mendiskusikan strategi pengawasan lewat grup arisan. Inovasi ini membuat acara tak terasa kaku, justru penuh tawa dan insight baru – beda dari sosialisasi konvensional yang sering berujung hafalan doang.
Kapolres Wonogiri AKBP Wahyu Sulistyo, S.H., S.I.K., M.P.M., melalui Kasihumas AKP Anom Prabowo, S.H., M.H., menegaskan komitmen ini sebagai bagian dari strategi holistik Polres. “Kami tak lagi sekadar razia; kini fokus bangun ‘komunitas pengawal’ di desa-desa. Perang narkoba menang jika keluarga jadi benteng utama. Ibu PKK, Anda adalah mata dan telinga pertama. Remaja, jadilah agen perubahan dengan lapor dini via hotline desa,” ujar AKP Anom.
Penelitian akademis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) tahun 2024 mendukung pendekatan ini: survei di Jawa Tengah menunjukkan, sosialisasi berbasis komunitas seperti di Setrorejo bisa turunkan kasus penyalahgunaan hingga 35% di kalangan usia 15-24 tahun. “Edukasi preventif ini efektif karena melibatkan faktor emosional keluarga, bukan hanya ancaman hukum,” tulis Dr. Rina Wijayanti, pakar psikologi anak UNS, dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Baca juga : Pasar Hantu dan Obsesi Manusia: “The Cursed” Hadirkan Horor Korea yang Menggigit di Layar Lokal
Peserta tak tinggal diam. Ibu Siti, 45 tahun, berbagi, “Saya sekarang tahu tanda mata merah anak bukan karena main game, tapi bisa narkoba. Kami PKK janji adakan patroli malam mingguan!” Sementara remaja seperti Andi (17) antusias: “Akhirnya paham, tolak narkoba bukan kerenan, tapi selamatkan tim kita!”
Acara ditutup doa bersama dan deklarasi tertulis: “Setrorejo Bebas Narkoba!” Semua berjalan lancar, dengan antusiasme yang meluap – bukti bahwa pencegahan narkoba tak perlu seragam polisi, tapi hati masyarakat yang sadar.
Polres Wonogiri rencanakan replikasi di 10 desa lain bulan ini. Ini bukan akhir, tapi babak baru perjuangan kolektif melawan ‘hantu tak kasat mata’ yang mengancam generasi emas kita.
Pewarta : Nandang Bramantyo
