RI News Portal. Jakarta, 30 Oktober 2025 – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan bahwa transformasi digital nasional tidak hanya berfokus pada kemajuan teknologi, tetapi juga pada manusia dan pemerataan kesempatan. Dalam pidatonya pada Forum Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) x Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2025 di Jakarta Pusat, Kamis, ia memaparkan tiga pilar utama transformasi digital Indonesia: membangun ekosistem digital yang inklusif, mempercepat inovasi dan efisiensi, serta mencetak talenta digital unggul.
“Transformasi digital bukan sekadar soal teknologi baru, tetapi tentang manusia dan kesempatan yang lebih adil, dari kota hingga pelosok,” ujar Meutya. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur digital tidak hanya mencakup fasilitas fisik seperti Base Transceiver Station (BTS) dan satelit, tetapi juga pengembangan sumber daya manusia sebagai “infrastruktur digital” yang tak kalah penting.
Untuk mendukung pilar talenta digital, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) telah meluncurkan program Digital Talent Scholarship dan AI Talent Factory. Inisiatif ini bertujuan melahirkan generasi baru yang mampu bersaing di era digital. Selain itu, Kemkomdigi menyediakan wadah seperti Garuda Spark Innovation Hub dan HUB.ID Connection Hub untuk menghubungkan talenta digital dengan kebutuhan industri, menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi.

Di sisi infrastruktur konektivitas, program Satelit Republik Indonesia (SATRIA) I telah menghadirkan akses internet di 27.865 titik layanan publik di seluruh Indonesia. Peluncuran Satelit Nusantara V juga meningkatkan kapasitas broadband nasional menjadi 370 Gbps, menjadikan Indonesia pemimpin di ASEAN dalam hal ini. “Di wilayah seperti Papua, sudah ada 1.631 titik layanan publik dengan koneksi yang jauh lebih baik. Kami juga terus memperluas ke wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),” ungkap Meutya.
Konektivitas yang semakin meluas ini telah mendorong Indonesia menjadi pasar digital terbesar di ASEAN, dengan 229,4 juta pengguna internet atau 80,6 persen dari total populasi. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan. Dampaknya terlihat pada pertumbuhan ekonomi digital, termasuk adopsi teknologi pembayaran digital seperti QRIS oleh pelaku usaha mikro, seperti pedagang kecil.
“Gerobak-gerobak kecil kini sudah memakai QRIS. Ini menunjukkan betapa ekosistem digital berdampak besar pada perekonomian masyarakat,” kata Meutya dengan nada optimistis.
Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, regulator, industri, akademisi, dan pelaku inovasi untuk mempercepat transformasi ekonomi dan keuangan digital. “Kemajuan hanya bisa tercapai jika kita melangkah bersama,” tegasnya. Kolaborasi ini menjadi kunci untuk memastikan transformasi digital tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga inklusif dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia tidak hanya berupaya mengejar ketertinggalan digital, tetapi juga memposisikan diri sebagai pemimpin di kawasan ASEAN. Transformasi digital yang inklusif dan manusiawi, menurut Meutya, adalah fondasi untuk masa depan yang lebih adil dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pewarta : Yudha Purnama

