
RI News Portal. Padangsidimpuan, 12 Oktober 2025 – Shinta Ayu Nadia (20), mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Sentral Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, telah mencatatkan namanya sebagai kebanggaan daerah. Dengan penuh semangat, ia berhasil meraih gelar Wakil III Puteri Seni dan Budaya Indonesia 2025, sebuah prestasi yang tidak hanya membawa harum nama kota kelahirannya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda di seluruh Indonesia.
Di balik senyum anggunnya, Shinta menyimpan kisah perjuangan yang penuh liku. Perjalanan menuju panggung nasional ini tidaklah mudah. Sebelumnya, Shinta kerap mengikuti berbagai ajang pemilihan puteri di tingkat kota dan daerah, namun langkahnya sering terhenti di tengah jalan. Kekecewaan demi kekecewaan ia rasakan, bukan karena kurangnya bakat, tetapi karena kerasnya persaingan yang kerap dipengaruhi oleh dukungan, koneksi, bahkan faktor finansial. Namun, Shinta tidak pernah menyerah. Setiap kegagalan justru memperkuat tekadnya untuk terus maju.
“Dari kegagalan itu saya belajar bahwa kesempatan tidak selalu datang dari jalan yang sama. Saya memutuskan untuk langsung mencoba di tingkat nasional,” ujar Shinta saat ditemui di kediamannya di Lingkungan III, Kelurahan Sitamiang, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Minggu (12/10/2025).

Shinta mendaftar pada ajang Putera Puteri Seni dan Budaya Indonesia 2025 melalui audisi daring. Proses seleksi yang ketat menjadi ujian nyata baginya. Mulai dari wawancara, catwalk, pembuatan video profil, hingga menampilkan bakat menari yang telah ia asah sejak kecil, semua dilakukan tanpa tim profesional. Dengan keterbatasan sumber daya, Shinta mengandalkan kreativitas, semangat, dan doa untuk melewati setiap tahap.
“Saya mengerjakan semuanya sendiri. Membuat video, berlatih catwalk, hingga menyiapkan foto. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bukan hanya mewakili diri sendiri, tetapi juga budaya dan jiwa Padangsidimpuan,” ungkapnya.
Sebagai perwakilan Sumatera Utara, Shinta membawa misi besar untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya kota kelahirannya. Dalam setiap penampilannya, ia memamerkan tarian tradisional Angkola, busana adat, serta nilai-nilai luhur masyarakat Padangsidimpuan yang menjunjung tinggi sopan santun, gotong royong, dan kekeluargaan.
“Alhamdulillah, kerja keras itu tidak sia-sia. Dari ratusan peserta se-Indonesia, saya berhasil masuk panggung nasional dan meraih gelar Wakil III Puteri Seni dan Budaya Indonesia 2025,” tuturnya dengan penuh syukur.
Shinta bukan hanya seorang pemenang, tetapi juga simbol ketangguhan bagi generasi muda, terutama dari kota kecil seperti Padangsidimpuan. Prestasinya menjadi bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk meraih mimpi besar. “Kegagalan adalah batu loncatan. Asalkan ada kemauan, keberanian, dan ketulusan, kita bisa mencapai apa pun,” katanya penuh semangat.
Baca juga : Inspektorat Diminta Proaktif Dampingi Perencanaan Pembangunan Daerah
Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Shinta dibesarkan dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Hendra Gunawan Lubis, seorang sopir, dan ibunya, Semi Wati, seorang ibu rumah tangga, mendidiknya dengan nilai-nilai agama dan akhlak. Meski hidup dalam keterbatasan, mereka selalu mendukung impian Shinta. Bakat seninya pun terasah berkat bimbingan sang ayah, yang juga aktif sebagai pengurus PUJA Kesuma Kota Padangsidimpuan.
“Doa dan didikan orang tua saya menjadi kekuatan terbesar. Meski ayah hanya sopir dan ibu sudah mulai renta, mereka selalu mengajarkan saya untuk rendah hati dan taat kepada Allah SWT,” ungkap Shinta dengan haru.
Dengan gelar yang diraihnya, Shinta berkomitmen untuk terus mempromosikan kekayaan seni dan budaya Indonesia. Ia ingin mengajak generasi muda untuk mencintai dan melestarikan identitas bangsa. “Saya bangga bisa membawa nama Padangsidimpuan dan STIKES Sentral ke panggung nasional. Ini bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga kebanggaan bagi daerah saya,” ujarnya.
Kisah Shinta mengajarkan bahwa mahkota sejati tidak hanya terlihat di kepala, tetapi juga tumbuh di hati melalui keberanian, keikhlasan, dan semangat pantang menyerah. Ia menjadi teladan bahwa anak muda dari kota kecil pun mampu bersinar di panggung nasional, bahkan di tengah keterbatasan.
Shinta Ayu Nadia, dengan busana adat Angkola dan piagam penghargaannya, kini berdiri tegak sebagai inspirasi. Ia adalah bukti hidup bahwa mimpi besar dapat diraih, asalkan ada tekad kuat dan hati yang tulus.
Pewarta : Indra Saputra
