RI News Portal. Jakarta, 12 November 2025 – Di tengah maraknya film romansa yang sering kali terjebak pada klise pacaran instan, hadir sebuah karya segar dari perfilman Indonesia: Tak Kenal Maka Taaruf. Film drama religi ini, yang dijadwalkan tayang perdana di bioskop seluruh Indonesia mulai 13 November 2025, membawa nuansa taaruf kekinian yang tidak hanya menghibur, tapi juga menjadi tuntunan bagi generasi muda yang sedang bergulat dengan pergaulan di era digital. Adaptasi dari novel populer karya Mim Yudiarto, film ini sukses menyentuh hati penonton melalui perpaduan romansa halus dan pesan keimanan yang mendalam.
Disutradarai oleh Toma Margens dengan sentuhan kolaboratif dari Fajar Bustomi, serta diproduksi oleh Yahywa Titi Mangsa, Tak Kenal Maka Taaruf menjanjikan pengalaman sinematik yang visualnya indah dan ceritanya menyentuh. Naskah yang ditulis oleh Whida Rositama dan Toma Margens sendiri berhasil mengangkat esensi novel asli tanpa kehilangan kedalaman emosionalnya. “Kami ingin film ini menjadi stimulan bagi karya-karya yang membawa pesan kebaikan, di mana taaruf bukan hal ajaib atau sulit, tapi cara segar dan bermartabat untuk merencanakan cinta yang diridhai-Nya,” ungkap Mim Yudiarto, penulis novel sekaligus produser, dalam sesi press screening baru-baru ini.
Berkisah tentang Zoya (diperankan apik oleh Saskia Chadwick), seorang mahasiswi kedokteran yang teguh pada prinsip pernikahan tanpa pacaran, film ini membuka layar dengan latar kehidupan kampus yang relatable. Zoya, yang tampil anggun dalam balutan hijab, menyimpan luka mendalam dari philophobia—ketakutan jatuh cinta—akibat kegagalan romansa kakak-kakaknya, Khalid (Maghara Adipura) dan Asma (Ghina Salsabiela). Trauma ini membuatnya menjaga jarak dari segala bentuk kedekatan emosional, hingga pertemuan tak terduga dengan Faris (Fadi Alaydrus).

Faris, mahasiswa teknologi kelautan yang tampan, vokalis band kampus, dan tetangga masjid yang “berisik” dengan suara motornya, awalnya justru menjadi sumber gesekan lucu bagi Zoya. Namun, dari kebencian kecil itulah lahir proses taaruf yang penuh ketulusan. Konflik semakin memuncak dengan kehadiran Cleo (Dinda Mahira), sahabat enerjik Zoya yang ternyata penggemar berat Faris. Segitiga cinta ini tidak hanya menciptakan drama romantis yang ringan, tapi juga mengeksplorasi tema persaingan sehat, kesetiaan, dan perjuangan menjaga hati di tengah godaan modern.
Sandy William turut memperkaya narasi dengan peran pendukung yang hangat, sementara elemen spiritual seperti shalat berjamaah di masjid kampus dan diskusi tentang takdir Tuhan menjadi perekat yang membuat cerita ini lebih dari sekadar romcom. “Zoya mengajarkanku arti kesabaran; takut cinta justru yang menyembuhkannya,” bagikan Saskia Chadwick, yang chemistry-nya dengan Fadi Alaydrus terasa alami dan mengalir.
Apa yang membuat Tak Kenal Maka Taaruf menonjol adalah kemampuannya mengemas taaruf—proses pengenalan pra-pernikahan dalam Islam—dalam nuansa kekinian yang tidak kaku. Bukan lagi citra taaruf yang membosankan atau menggurui, film ini menunjukkan bagaimana proses itu bisa jadi petualangan penuh tawa, air mata, dan refleksi diri. Visualnya yang cerah, dengan latar kampus hijau dan masjid yang estetis, dipadukan dengan soundtrack lembut yang memperkuat emosi, membuat penonton merasa seperti ikut menjalani perjalanan Zoya.
Pesan moralnya kuat: tentang menjaga diri dari pergaulan bebas, pentingnya iman sebagai pondasi cinta, dan bagaimana trauma bisa diatasi melalui proses yang halal. Seperti yang dikatakan Toma Margens, “Ini bukan sekadar proyek, tapi penghormatan pada ayah saya, Toro Margens, dan kegelisahan orang tua terhadap pergaulan remaja masa kini.” Eksekutif Produser Dedi Suherman menambahkan bahwa film ini hadir sebagai alternatif positif di tengah tantangan zaman, di mana cinta bukan hanya soal gairah, tapi juga keikhlasan dan ridha Ilahi.
Meski begitu, film ini bukan tanpa cela. Beberapa penonton press screening merasa eksplorasi karakter Cleo—yang mewakili “gadis metropolis” yang bebas—bisa lebih dalam untuk menghindari stereotip sederhana. Namun, ini tidak mengurangi daya tarik utama: segitiga cinta yang dinamis dan akhir yang uplifting, yang meninggalkan rasa haru sekaligus harapan.
Secara keseluruhan, Tak Kenal Maka Taaruf layak mendapat rating 8.5/10. Ini adalah film yang wajib ditonton bagi remaja, orang tua, dan siapa saja yang percaya bahwa cinta sejati dimulai dari pengenalan yang tulus. Bukan hanya hiburan akhir pekan, tapi juga pengingat lembut bahwa “tak kenal maka taaruf” bisa jadi jalan menuju takdir bahagia. Jangan lewatkan tayangannya mulai besok—siapkan tisu dan hati terbuka!
Pewarta : Vie

