RI News Portal. Jakarta, 27 November 2025 – Empat puluh dua naskah kuno berbahasa Jawa, Bali, dan Sasak yang selama ini berada di Auckland, Selandia Baru, resmi dipulangkan ke Indonesia. Koleksi milik almarhum filolog Amerika Serikat Dr. Timothy Earl Behrend tersebut diserahkan langsung oleh istrinya, Maren Behrend, kepada Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz pada Senin, 24 November 2025.
Naskah-naskah tersebut ditulis pada beragam media tradisional dan modern: lontar, daluang, serta kertas Eropa abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Beberapa judul yang menonjol antara lain Serat Yusup (tertua bertarikh 1814), Serat Ambiya, Serat Rama, Serat Cabolek salinan 1947, Babad Mataram, serta Menak Yasadipura – karya-karya yang mencerminkan keluasan dan kedalaman minat Behrend terhadap khazanah pernaskahan Nusantara.
“Kami sangat bersyukur keluarga almarhum mempercayakan koleksi ini kepada Perpusnas. Semoga di ‘rumah barunya’ di Indonesia, naskah-naskah ini dapat hidup kembali melalui penelitian, pendidikan, dan akses publik yang lebih luas,” ujar Aminudin Aziz.

Repatriasi ini merupakan puncak dari proses panjang yang melibatkan komunikasi intensif antara keluarga Behrend, Perpusnas, Direktorat Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, serta Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington. Prosesnya sendiri bermula dari kehendak Behrend sendiri yang, meski sedang berjuang melawan kanker stadium akhir, hingga akhir hayatnya pada 13 Agustus 2025 masih berupaya menyelesaikan deskripsi lengkap atas koleksinya.
“Tim sudah lama menyatakan keinginannya agar naskah-naskah ini kembali ke Indonesia. Ia merasa, selain dirinya, tak ada lagi yang mampu merawat dan menghidupkan koleksi ini dengan sebaik-baiknya,” kata Maren Behrend.
Timothy Behrend bukan nama asing bagi dunia filologi Nusantara. Selama tiga dekade, sarjana kelahiran Cleveland, Ohio, 17 Maret 1954 ini telah meninggalkan jejak mendalam di Indonesia. Pada 1990–1993 ia memimpin proyek pemikrofilman besar-besaran terhadap koleksi naskah di Perpusnas, Universitas Indonesia, dan Museum Sonobudoyo. Ia juga perancang utama basis data Data Naskah Nusantara (DAN) yang hingga kini menjadi rujukan standar bagi peneliti naskah di seluruh dunia. Disertasi doktoralnya di Australian National University tentang Serat Jatiswara (1990) masih dianggap salah satu karya paling otoritatif dalam kajian teks mistik Jawa.
Baca juga : China Tekan Jepang Klarifikasi “Posisi Konsisten” terhadap Taiwan
Dari total sekitar 4.000 item koleksi pribadi Behrend, 42 naskah kuno menjadi yang pertama dipastikan kembali ke Indonesia. Selain naskah, Perpusnas juga menerima puluhan buku langka dan terbitan berkala, termasuk edisi awal Majalah Djawa (1921) serta jurnal Review of Indonesian and Malaysian Affairs (RIMA) yang sulit ditemukan di Tanah Air.
Seluruh materi tersebut kini memasuki tahap registrasi, konservasi, dan digitalisasi di laboratorium Perpusnas sebelum akhirnya diunggah ke portal Khastara (Khasanah Naskah Nusantara). Sebagai penghormatan, Perpusnas berencana menggelar pameran khusus bertajuk “Warisan Timothy Behrend: Naskah-naskah yang Pulang” pada awal 2026.

Kepala Perpusnas menegaskan, keberhasilan repatriasi kali ini diharapkan menjadi pintu pembuka bagi pemulangan naskah-naskah Nusantara lainnya yang masih tersebar di berbagai belahan dunia, baik secara fisik maupun melalui kerja sama digitalisasi.
“Bagi kami, ini bukan sekadar memulangkan benda. Ini tentang memulangkan memori kolektif bangsa yang sempat tercerabut dari akarnya,” tandas Aminudin Aziz.
Dengan kembali berpulangnya 42 naskah ini, satu babak baru dalam sejarah pelestarian khazanah tulis Nusantara ditulis – ditulis dengan tinta yang sama yang pernah digunakan para pujangga berabad lampau, kini disimpan kembali di tanah yang melahirkannya.
Pewarta : Albertus Parikesit

