RI News Portal. Kubu Raya, 23 November 2025 – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan digelar secara nasional mulai 2026 bukan sekadar program bantuan pangan, melainkan instrumen strategis untuk menciptakan peradaban ekonomi kerakyatan baru di Indonesia.
Dalam kunjungan kerjanya di Kantor Bupati Kubu Raya, Kalimantan Barat, Minggu (23/11), Zulkifli menyampaikan visi yang selama ini jarang mendapat sorotan mendalam: MBG akan mengerek permintaan bahan pangan pokok dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekaligus menjadi katalis pertumbuhan ekonomi dari tingkat desa hingga nasional.
“Jika program ini menjangkau 82,9 juta jiwa penerima – terutama anak sekolah dan balita – maka setiap hari kita membutuhkan sekurang-kurangnya 82,9 juta butir telur atau setara dengan 82,9 juta potong ikan bandeng ukuran konsumsi,” ungkapnya. “Angka itu bukan lagi konsumsi biasa, melainkan gelombang permintaan baru yang akan menggairahkan peternak ayam buras dan petelur, pembudidaya ikan lele dan nila, petani sayur mayur, hingga pelaku UMKM pengolahan pangan di ribuan desa.”

Menurut Zulkifli, efek berganda (multiplier effect) program ini akan terasa paling kuat di lapisan ekonomi paling bawah. Kenaikan permintaan telur dan ikan secara konsisten setiap hari akan memperpendek rantai pasok, mengurangi ketergantungan pada tengkulak besar, dan meningkatkan harga di tingkat petani serta nelayan. “Ini yang kita sebut ekonomi kerakyatan sejati: anak makan bergizi, petani dan nelayan sejahtera, roda ekonomi desa berputar lebih kencang,” tegasnya.
Ia juga menepis kekhawatiran akan terjadinya inflasi pangan atau kelangkaan stok nasional. “Ketersediaan pangan pokok saat ini dalam posisi sangat aman. Pemerintah telah menyiapkan skema kontrak jangka panjang dengan kelompok tani dan koperasi, memperkuat cold chain di daerah sentra produksi, serta mengoptimalkan cadangan pangan nasional,” ujarnya.
Lebih jauh, Zulkifli menekankan dimensi peradaban dari program ini. MBG tidak hanya menargetkan penurunan angka stunting dari 21,6 persen (SSGI 2022) menjadi di bawah 14 persen pada 2030, tetapi juga membentuk kebiasaan konsumsi protein hewani dan nabati yang berkelanjutan sejak dini. “Anak yang hari ini mendapat gizi baik akan menjadi generasi yang lebih produktif 15–20 tahun mendatang. Itulah investasi jangka panjang bangsa,” katanya.
Dalam konteks ekonomi politik pangan, MBG dapat dibaca sebagai upaya negara untuk melakukan re-industrialisasi sektor pertanian dan perikanan melalui permintaan yang dijamin (guaranteed demand). Skema ini mirip dengan keberhasilan program serupa di Brasil (Programa Nacional de Alimentação Escolar) yang berhasil meningkatkan pendapatan petani kecil hingga 30 persen dalam satu dekade.
Zulkifli mengajak semua elemen masyarakat – mulai dari bupati, camat, kepala desa, hingga organisasi keagamaan dan kelompok perempuan – untuk menjadi motor penggerak di daerah masing-masing. “Keberhasilan MBG tidak ditentukan di Jakarta, tetapi di dapur-dapur desa, di kandang ayam rakyat, di tambak-tambak milik kelompok nelayan. Mari kita sukseskan bersama, karena ini bukan program pemerintah semata, ini program kita semua.”
Dengan demikian, Program Makan Bergizi Gratis 2026 tidak sekadar menawarkan sepiring nasi dan lauk bagi anak-anak Indonesia, tetapi juga menawarkan harapan baru bagi jutaan keluarga petani, peternak, dan nelayan untuk bangkit melalui gelombang ekonomi yang lahir dari perut yang kenyang dan otak yang cerdas.
Pewarta : Lisa Susanti

