RI News Portal. Sydney, 13 November 2025 – Dalam sebuah langkah diplomatik yang memperkaya agenda kunjungan kenegaraannya, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Australia Paul Keating di hotel tempatnya menginap di Sydney pada Rabu malam. Pertemuan ini, yang berlangsung pasca-deklarasi bersama dengan Perdana Menteri Anthony Albanese, menyoroti peran tokoh berpengalaman dalam membentuk narasi hubungan bilateral yang lebih dalam.
Presiden Prabowo menekankan nilai intelektual dari dialog tersebut, menyebut Keating sebagai figur dengan pengalaman luas dan pemikiran yang jernih. “Saya kira sangat bagus. Beliau sangat berpengalaman. Pemikiran-pemikiran beliau sangat jernih. Pengalaman beliau sangat banyak. Jadi saya merasa banyak sekali saya dapat dari pemikiran-pemikiran beliau,” ujar Prabowo kepada wartawan di lokasi yang sama.
Diskusi berlangsung dalam atmosfer keakraban, mencakup spektrum isu strategis mulai dari hubungan internasional hingga ekonomi, geoekonomi, dan geopolitik regional. Prabowo menggarisbawahi bahwa topik-topik ini tidak terbatas pada satu sektor, melainkan mencerminkan interkoneksi tantangan global yang dihadapi kedua negara. “Di bidang hubungan internasional, di bidang ekonomi, di bidang geoekonomi, geopolitik. Banyak sekali,” tambahnya.

Kunjungan ini menjadi elemen kunci dalam rangkaian agenda Presiden di Australia, yang bertujuan memperkuat fondasi kerjasama mutual. Prabowo menegaskan pentingnya kedekatan geografis sebagai dasar kepentingan bersama. “Kita harus tahu bahwa kita bertetangga dan Indonesia berkepentingan punya hubungan baik sama Australia. Demikian sebaliknya, kalau kita bekerja sama dengan baik di semua bidang, ini akan membawa manfaat yang sangat besar untuk kedua negara dan untuk kawasan kita semuanya,” katanya.
Dari perspektif akademis, pertemuan semacam ini mengilustrasikan evolusi diplomasi track-two di Asia-Pasifik, di mana interaksi antara pemimpin aktif dan mantan negarawan seperti Keating—yang dikenal dengan visinya tentang integrasi ekonomi regional sejak era 1990-an—dapat menghasilkan wawasan non-formal yang melengkapi perjanjian resmi. Hal ini relevan dengan teori realisme dalam hubungan internasional, di mana aliansi bilateral seperti Indonesia-Australia berfungsi sebagai penyeimbang dinamika kekuatan di Indo-Pasifik, terutama amid ketegangan geoekonomi antara kekuatan besar.
Baca juga :
Secara lebih luas, inisiatif ini mencerminkan strategi Prabowo dalam memanfaatkan jaringan pribadi untuk diplomasi preventif, potenzial membuka pintu bagi inisiatif bersama di bidang perdagangan, keamanan maritim, dan transisi energi. Pengamat hubungan internasional menilai bahwa pendekatan ini dapat mempercepat implementasi kesepakatan sebelumnya, seperti Comprehensive Strategic Partnership 2024, dengan menambahkan lapisan analisis historis dari perspektif Keating.
Pertemuan ini tidak hanya memperkaya kunjungan resmi Prabowo, tetapi juga menandai komitmen berkelanjutan terhadap dialog inklusif, yang esensial untuk stabilitas kawasan di tengah ketidakpastian global.
Pewarta : Setiawan Wibisono

