
RI News Portal. Jakarta, 28 Mei 2025 – Pertemuan bilateral antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka hari ini menandai babak baru dalam hubungan strategis kedua negara. Dalam pernyataan bersama yang disampaikan kepada pers, Presiden Prabowo menegaskan bahwa kerja sama Indonesia dan Prancis diarahkan untuk mencapai visi bersama menuju 100 tahun hubungan diplomatik pada tahun 2050.
Kesepakatan tersebut mencakup penguatan di berbagai bidang strategis, termasuk pertahanan, ekonomi, transisi energi, dan kerja sama kebudayaan. Presiden Prabowo menyebut bahwa dokumen Joint Vision Declaration yang diadopsi hari ini menjadi komitmen konkret menuju tata hubungan bilateral yang lebih dalam dan relevan terhadap tantangan global saat ini.
“Hari ini kami sepakat untuk melangkah lebih jauh lagi, mengadopsi deklarasi visi bersama menuju 100 tahun hubungan Indonesia–Prancis di tahun 2050. Ini menunjukkan komitmen kita untuk meningkatkan kerja sama kita di bidang strategis,” ujar Prabowo.

Pertemuan ini juga dipandang sebagai momentum penting mengingat tahun 2025 bertepatan dengan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Prancis. Prabowo menyatakan bahwa kunjungan Macron bukan sekadar seremoni diplomatik, melainkan simbol dari kedekatan dan kepercayaan strategis antara kedua negara.
Sejak diluncurkannya Strategic Partnership Agreement pada 2011, Indonesia dan Prancis telah memperluas ranah kerja sama dari isu pertahanan hingga energi terbarukan. Dalam konteks global saat ini, kemitraan Indonesia–Prancis juga merefleksikan upaya kedua negara demokratis dalam membangun arsitektur perdamaian dan stabilitas kawasan, terutama di Indo-Pasifik.
Secara akademis, pertemuan ini dapat dianalisis dalam kerangka constructivist diplomacy, di mana kedua negara tidak hanya memperkuat hubungan karena kepentingan ekonomi atau militer, tetapi juga karena kesamaan nilai strategis dalam tatanan dunia multipolar. Prancis, sebagai kekuatan utama di Uni Eropa dan pemegang wilayah di Indo-Pasifik (seperti Kaledonia Baru dan Polinesia Prancis), memiliki kepentingan besar dalam stabilitas maritim dan hubungan politik dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Indonesia, sebagai kekuatan maritim terbesar di Asia Tenggara dan anggota G20, memandang Prancis sebagai mitra penting dalam diversifikasi aliansi strategisnya—khususnya di tengah ketegangan geopolitik antara blok Barat dan kekuatan Asia Timur.
Ke depan, tantangan terbesar dalam merealisasikan visi 2050 adalah bagaimana implementasi konkret kerja sama tersebut dijalankan secara konsisten. Peneliti hubungan internasional menilai, keberhasilan agenda bersama ini akan sangat tergantung pada sinergi antar lembaga, komitmen investasi di sektor energi hijau, serta transfer teknologi pertahanan yang berkeadilan.
Dari sisi kebudayaan, kerja sama diharapkan bukan hanya simbolik, tetapi juga melibatkan pertukaran pelajar, penelitian bersama, dan promosi warisan budaya sebagai kekuatan lunak (soft power) yang saling melengkapi.
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal