
RI News Portal. Jakarta, 16 Oktober 2025 – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kembali menegaskan komitmennya membangun fondasi ekonomi mandiri melalui arahan tegas dalam rapat terbatas di Kediaman Kertanegara, Jakarta, pada Kamis pagi. Fokus utama: produksi massal pupuk berkualitas tinggi berharga terjangkau untuk petani serta optimalisasi Devisa Hasil Ekspor (DHE) guna stabilkan rupiah dan perkuat cadangan devisa. Instruksi ini, yang dipimpin langsung oleh kepala negara, melibatkan para menteri kunci Kabinet Merah Putih dan menjadi tonggak revolusi pertanian nasional sejak Prabowo dilantik pada 20 Oktober 2024.
Dalam pesan resmi yang diunggah melalui akun Instagram @sekretariat.kabinet, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menguraikan visi Presiden Prabowo yang ambisius: “Pupuk unggulan bukan lagi barang mewah, tapi hak dasar petani kita.” Arahan ini menargetkan peningkatan produktivitas lahan hingga 30% dalam enam bulan ke depan, langsung mendukung program swasembada pangan yang kini jadi prioritas nasional. “Ini bukan sekadar kebijakan, tapi perang melawan ketergantungan impor pupuk yang selama ini membebani petani kecil,” tambah Teddy.
Presiden Prabowo secara khusus menugaskan Menteri Pertanian untuk percepatan produksi pupuk organik-sintetis hybrid, dengan harga eceran maksimal Rp 2.500 per kilogram—setengah dari tarif impor saat ini. Strategi ini memanfaatkan teknologi bio-fertilizer lokal, yang dikembangkan melalui kolaborasi dengan institut pertanian negeri. “Produktivitas petani harus naik, bukan hanya bertahan. Pupuk murah ini akan banjiri 15 juta hektar sawah di Jawa dan Sumatra mulai triwulan IV 2025,” ungkap Teddy, menekankan dampaknya terhadap 25 juta petani subsisten.

Para ahli agronomi memuji langkah ini sebagai “lompatan kuantum”. Dr. Rina Susanti, pakar tanah dari IPB University, menyatakan dalam wawancara eksklusif: “Pupuk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau bisa tekan emisi karbon pertanian hingga 20% sambil tingkatkan hasil panen padi 25%. Ini blueprint swasembada yang selama ini hilang.” Data historis menunjukkan, ketergantungan pupuk impor capai 70% pada 2024, menyebabkan inflasi pangan 8,2%. Dengan arahan Prabowo, proyeksi defisit pupuk nol tercapai akhir 2025.
Tak berhenti di pertanian, Presiden Prabowo menggelar “audit kilat” terhadap pemanfaatan DHE, menekankan: “Setiap dolar ekspor SDA harus parkir di bank kita, bukan menguap ke luar.” Instruksi ini lanjutan dari Perpres Nomor 8 Tahun 2025 yang diterbitkan Februari lalu, mewajibkan eksportir simpan 100% DHE SDA di lembaga keuangan domestik sejak 1 Maret 2025. Hasil awal: cadangan devisa naik 15% menjadi US$145 miliar per September 2025.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang hadir dalam rapat, diinstruksikan integrasikan DHE ke instrumen obligasi hijau untuk proyek irigasi. “Optimalisasi ini bukan pungutan, tapi investasi. Ekspor nikel dan sawit kita capai US$50 miliar tahun ini—semua harus putar roda ekonomi dalam negeri,” kata Teddy. Analisis ekonometrik memprediksi stabilitas rupiah di kisaran Rp14.500-US$ hingga 2026, kurangi volatilitas 40% dibanding era sebelumnya.
Baca juga : BNN Raih WTP 15 Tahun Berturut-turut: Sinergi Anti-Narkoba Berbasis Data dan Rehabilitasi Digital
Rapat terbatas ini dihadiri barisan menteri strategis, termasuk Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin untuk aspek keamanan pangan, Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani untuk rantai pasok pupuk, serta Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto yang akan dorong R&D pupuk nano. Hadir pula Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Prabowo, dan Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk pengawasan hukum DHE.
Arahan Prabowo juga sentuh pendidikan: “Sekolah vokasi pertanian harus lahirkan 100.000 ahli pupuk dalam dua tahun.” Ini sinergi holistik, beda dari pendekatan sektoral konvensional.
Langkah ini bukan reaktif, tapi proaktif. Sejak Oktober 2024, pemerintahan Prabowo catat surplus perdagangan US$28 miliar, didorong swasembada jagung 90%. Dengan pupuk murah dan DHE optimal, Jurnal AgroEkonomi Indonesia proyeksikan PDB pertanian tumbuh 7,5% tahun depan—tertinggi sejak 2010. Petani di Deli Serdang, Sumut, seperti Bapak Hasan (45), sudah rasakan angin segar: “Pupuk murah berarti panen melimpah, anak sekolah tak lagi lapar.”
Presiden Prabowo tutup rapat dengan pesan: “Kita bangun Indonesia dari sawah, bukan dari meja rapat.”
Pewarta : Albertus Parikesit
