
RI News Portal. Jakarta — PT Permodalan Nasional Madani (PNM) kembali menegaskan komitmennya dalam mendampingi perempuan tangguh Indonesia melalui program pemberdayaan ekonomi yang tidak hanya berdampak finansial, tetapi juga sosial dan kultural. Salah satu potret nyata dari komitmen tersebut adalah kisah Rani Ridawati, seorang ibu dari Provinsi Riau yang menjadi bagian dari keluarga besar PNM sejak tahun 2017.
Rani adalah nasabah Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar), inisiatif unggulan PNM yang menyasar pelaku usaha mikro perempuan. Ia memulai usaha warung kecil dengan menu jajanan ringan untuk membantu kebutuhan keluarga sekaligus mendukung aktivitas anaknya, Rayyan Arkan Dikha, seorang penari tradisional pacu jalur yang dikenal luas setelah video tarian “Aura Farming”-nya viral di media sosial.
Sejak Dikha berusia sembilan tahun dan mulai tampil di berbagai perlombaan seni, Rani senantiasa hadir sebagai penyokong utama. Bukan hanya secara emosional, tetapi juga secara ekonomi. Saat lomba pacu jalur digelar, Rani tak hanya hadir sebagai ibu, tetapi juga sebagai pelaku usaha mikro yang membuka lapak jualan di sekitar arena, sembari menyemangati anaknya dari kejauhan.

“Keberhasilan anak itu butuh kehadiran ibu yang konsisten,” ucap Rani, seraya menyeka peluh dari balik warung kecilnya. Baginya, kehadiran fisik dan keteguhan emosional adalah bentuk cinta yang paling nyata.
PNM melihat keteladanan Rani sebagai cerminan nilai yang ingin ditumbuhkan dalam setiap pendampingan mereka: kemandirian, keberanian, dan dedikasi perempuan terhadap masa depan keluarga. Hingga pertengahan 2025, tercatat sebanyak 22,4 juta perempuan di seluruh Indonesia telah menerima manfaat dari program pendampingan dan pembiayaan PNM.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, yang secara langsung menemui Rani dan Dikha, menyampaikan pesan mendalam kepada keluarga kecil tersebut. “Ingat, tetap rendah hati dan jangan sombong,” ujarnya kepada Dikha, sebagai bentuk perhatian bahwa prestasi budaya perlu diiringi dengan karakter dan sikap yang membumi. Ia juga menegaskan bahwa keluarga seperti Rani-Dikha merupakan bagian penting dari ekosistem PNM.
Dalam pernyataannya, Arief menegaskan bahwa PNM meyakini ibu adalah fondasi utama masa depan bangsa. “Kisah Rani ini adalah bukti nyata bagaimana pemberdayaan ekonomi perempuan dapat berdampak pada ketahanan keluarga dan regenerasi nilai-nilai budaya,” ungkapnya.
Kisah Rani Ridawati dan anaknya bukan sekadar narasi inspiratif, tetapi juga menjadi contoh empiris bagaimana sinergi antara pemberdayaan ekonomi mikro dan penguatan peran ibu dapat berkontribusi pada pembangunan sosial dan pelestarian budaya lokal. Dalam konteks ini, PNM tidak hanya menjadi lembaga keuangan, tetapi juga agen transformasi sosial yang menempatkan perempuan sebagai pusat kemajuan komunitas.
Sementara itu, Rani dengan mata berkaca-kaca menyampaikan rasa syukurnya atas pendampingan yang telah ia terima. “PNM sudah membantu keluarga kami bertahan dan berjalan sejauh ini,” katanya lirih, menegaskan bahwa kehadiran negara melalui lembaga seperti PNM amatlah berarti bagi jutaan keluarga kecil di Indonesia.
Kisah ini menjadi refleksi bahwa pembangunan nasional tidak hanya bertumpu pada infrastruktur dan ekonomi makro, tetapi juga pada keberdayaan ibu-ibu seperti Rani—yang dengan keteguhan dan kasih, terus membangun masa depan dari dalam rumah mereka.
Pewarta : Yudha Purnama

