RI News Portal. Tapanuli Utara, 10 November 2025 – Pembukaan resmi Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Salib Kasih di Bukit Si Atas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, menandai langkah strategis dalam memadukan ekspresi seni vokal religius dengan pengembangan pariwisata berbasis sejarah. Acara yang digelar pada Senin ini diprakarsai oleh Wakil Ketua DPR RI, Lamhot Sinaga, dan melibatkan 25 kontingen dari berbagai gereja serta organisasi keagamaan setempat.
Dalam pidato pembukaannya, Lamhot Sinaga menekankan bahwa Pesparawi Salib Kasih bukan sekadar kompetisi paduan suara, melainkan platform untuk menyalurkan bakat masyarakat dalam memuliakan Tuhan melalui tarik suara. “Kegiatan ini memberikan wadah bagi warga Tapanuli Utara untuk mengembangkan potensi seni vokal mereka, sekaligus memperkuat identitas budaya religius,” ungkapnya. Lebih lanjut, ia menyebut Salib Kasih dan Pesparawi sebagai elemen khas yang dapat dijadikan daya tarik wisata religi unik di wilayah tersebut.
Lokasi acara, Bukit Si Atas Barita, diidentifikasi sebagai “titik nol peradaban umat Kristen di tanah Batak” oleh Lamhot. Ia merujuk pada peran historis misionaris Ludwig Ingwer Nommensen, yang memulai penyebaran agama Kristen dari situs ini pada abad ke-19. Kondisi objek wisata yang sempat vakum dan sepi pengunjung menjadi latar belakang inisiatif ini. “Dengan menggelar even di sini, kami berharap dapat membangkitkan minat wisatawan, sehingga memberikan multiplier effect pada ekonomi lokal melalui peningkatan kunjungan dan aktivitas pendukung,” jelasnya.

Analisis akademis terhadap inisiatif semacam ini menunjukkan potensi sinergi antara warisan sejarah dan pariwisata berkelanjutan. Studi tentang wisata religi di Indonesia, seperti yang dibahas dalam jurnal antropologi budaya, sering menyoroti bagaimana situs bersejarah dapat direvitalisasi melalui event berkala untuk mempertahankan narasi identitas etnis tanpa mengorbankan autentisitas. Di Tapanuli Utara, di mana mayoritas penduduk berlatar belakang Batak Toba dengan tradisi Kristen yang kuat, pendekatan ini selaras dengan konsep “heritage tourism” yang mengintegrasikan elemen spiritual dan ekonomi.
Lamhot menegaskan komitmen jangka panjangnya dalam mendukung pengembangan wisata religi. Melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan DPR RI, ia optimistis Salib Kasih akan mengalami peningkatan infrastruktur dan promosi yang signifikan. “Sinergitas ini akan memastikan situs ini tidak hanya menjadi monumen sejarah, tapi juga pusat aktivitas yang berkelanjutan,” katanya.
Baca juga : Pramono Anung Tekankan Transformasi Semangat Kepahlawanan ke Pelayanan Publik Inklusif di Jakarta
Partisipasi 25 kontingen dalam Pesparawi kali ini mencerminkan antusiasme komunitas lokal, dengan penampilan yang menampilkan harmoni vokal khas tradisi gerejawi Batak. Acara ini diharapkan menjadi model untuk event serupa di masa depan, yang tidak hanya memperkaya kehidupan spiritual masyarakat, tetapi juga berkontribusi pada diversifikasi ekonomi daerah di luar sektor pertanian tradisional.
Dengan demikian, Pesparawi Salib Kasih muncul sebagai prototipe inovatif dalam konteks pariwisata Indonesia, di mana nilai historis dan seni religius digabungkan untuk menciptakan dampak sosial-ekonomi yang inklusif.
Pewarta : Adi Tanjoeng

