Peringatan HUT Marga Sekampung Libo ke-215: Simbol Integrasi Budaya dan Institusi Negara di Lampung Timur

RI News Portal. Lampung Timur, 12 Juni 2025 — Festival budaya memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Marga Sekampung Libo ke-215 yang diselenggarakan di Lapangan Desa Negara Batin, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, berlangsung semarak dan sarat nilai budaya lokal. Perayaan ini tidak hanya menjadi ruang ekspresi budaya masyarakat adat Lampung, tetapi juga mencerminkan integrasi harmonis antara struktur adat dan institusi negara, termasuk kepolisian.

Kegiatan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh strategis dari tingkat lokal hingga nasional, di antaranya Anggota DPR RI Chusnunia Chalim (Nunik), Bupati Lampung Timur Ela Siti Nuryamah, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), tokoh adat, serta ribuan warga dari berbagai wilayah Kecamatan Jabung dan sekitarnya. Pusat kegiatan dipenuhi pertunjukan seni, arak-arakan adat, serta doa adat sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan sejarah Marga Sekampung Libo—salah satu komunitas adat tua di Lampung yang memiliki peran penting dalam sejarah transmigrasi dan struktur sosial wilayah timur provinsi ini.

Salah satu momen paling simbolik dalam peringatan tersebut adalah penganugerahan gelar adat kepada Kapolres Lampung Timur, AKBP Heti Patmawati. Melalui prosesi adat, Kapolres resmi dianugerahi gelar “Radin Mas Intan Pengayoman Maghko” oleh Kepaksian Adat Marga Sekampung Libo. Gelar tersebut bermakna pemimpin pelindung yang berperan sebagai pengayom masyarakat, dan diberikan sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan keterlibatan aktif AKBP Heti dalam menjaga keamanan, ketertiban, serta membangun kedekatan sosial dengan komunitas adat Jabung.

Dalam sambutannya, Kapolres menyatakan bahwa penghargaan tersebut merupakan kehormatan pribadi sekaligus representasi pengakuan terhadap peran institusional kepolisian di tengah masyarakat:

“Ini merupakan kehormatan luar biasa bagi saya pribadi dan institusi Polres Lampung Timur. Semoga amanah ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus mengayomi dan melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya,” ujar AKBP Heti Patmawati.

Dalam perspektif antropologi politik dan studi institusi negara, penganugerahan gelar adat kepada pejabat negara seperti Kapolres mencerminkan adanya rekonsiliasi antara dua sistem otoritas—adat dan negara. Model integratif semacam ini berkontribusi pada penguatan kohesi sosial dan legitimasi aparat negara di mata masyarakat lokal. Kepercayaan publik terhadap aparat keamanan—terutama di wilayah dengan sejarah kerentanan sosial seperti Jabung—mendapat penguatan simbolik melalui mekanisme kultural.

Baca juga : Reformasi Kesejahteraan Hakim: Presiden Prabowo Umumkan Kenaikan Gaji Hingga 280 Persen

Festival ini juga berfungsi sebagai “arena simbolik” di mana negara hadir dalam balutan budaya lokal, yang secara implisit memperkuat nasionalisme berbasis kultural. Sebagaimana dicatat dalam kajian multikulturalisme di Indonesia, pelibatan aparat dalam kegiatan adat menjadi salah satu strategi negara untuk membangun “intimacy governance” — pendekatan kelembagaan yang tidak sekadar formal dan koersif, tetapi juga emosional dan partisipatif.

Peringatan HUT ke-215 Marga Sekampung Libo ini tidak hanya mempertegas pentingnya pelestarian tradisi dalam konteks lokal, tetapi juga memperlihatkan bagaimana budaya dapat menjadi fondasi penguatan hubungan masyarakat dengan negara. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa identitas kultural bukan sekadar warisan, melainkan aset sosial dan politik dalam membangun solidaritas horizontal (antarmasyarakat) dan vertikal (dengan institusi negara).

Ke depan, kegiatan serupa dapat dikembangkan sebagai bagian dari diplomasi budaya lokal, memperkuat peran komunitas adat dalam tata kelola sosial dan pembangunan daerah, serta menjadi model inklusif bagi praktik relasi negara-masyarakat yang lebih manusiawi.

Pewarta : Lii