RI News Portal. Wonogiri, 23 November 2025 – Hutan lindung di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, yang mencakup kawasan seperti Hutan Lindung, selama beberapa tahun terakhir menjadi sasaran pembalakan liar yang semakin masif. Aktivitas ilegal ini tidak hanya menggerus luas tutupan hutan, tetapi juga mengancam keberadaan sumber air, keanekaragaman hayati, dan potensi wisata alam yang selama ini menjadi andalan Wonogiri.
Dampak Ekologis yang Tak Terhindarkan
Data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah (2023-2025) menunjukkan bahwa sedikitnya 300-400 hektare hutan lindung di Wonogiri mengalami kerusakan akibat penebangan liar dalam tiga tahun terakhir. Pohon-pohon besar seperti jati, sonokeling, dan mahoni yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun ditebang untuk dijual sebagai kayu pertukangan atau bahan bangunan.
Akibatnya:
- Longsor dan banjir bandang semakin sering terjadi, terutama di wilayah hulu Waduk Gajah Mungkur.
- Sumber mata air menurun drastis; banyak sendang dan tuk di desa-desa lereng mengering.
- Satwa liar seperti lutung jawa, elang jawa, dan berbagai jenis burung endemik kehilangan habitatnya.
- Erosi tanah di kawasan karst semakin parah, merusak estetika landscape yang selama ini menjadi daya tarik wisata.
Lemahnya Penegakan Hukum dan Praktik “Sindikat Kayu”
Meskipun Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan serta Peraturan Menteri LHK No. P.30/2018 sudah cukup tegas, penegakan hukum di lapangan masih lemah. Beberapa kasus yang berhasil diungkap Polres Wonogiri dan Perhutani menunjukkan adanya pola sindikat terorganisir yang melibatkan:
- Oknum masyarakat lokal yang menjadi penebang,
- Pengangkut (truk/truk modifikasi),
- Pemodal besar di luar daerah,
- Bahkan dugaan keterlibatan oknum aparat di beberapa kasus.
Minimnya personel patroli hutan, keterbatasan anggaran operasional, dan rendahnya kesadaran hukum di kalangan masyarakat menjadi celah yang terus dimanfaatkan pelaku.

Solusi Penyikapan Nyata: Dari Penegakan Hukum hingga Pemberdayaan Ekonomi
Agar hutan lindung Wonogiri tidak hanya terbebas dari pembalakan liar, tetapi juga menjadi destinasi wisata alam berkelas dunia seperti yang pernah diimpikan melalui konsep “Geopark Wonogiri” atau “Wonogiri The Spirit of Nature”, diperlukan langkah-langkah konkret dan terukur:
- Peningkatan Kapasitas Patroli dan Penegakan Hukum
- Bentuk Satgas Khusus Pembalakan Liar tingkat kabupaten yang melibatkan TNI, Polri, Perhutani, DLHK, dan Kejaksaan.
- Pasang CCTV dan drone pemantau di titik-titik rawan (sudah mulai dilakukan Perhutani KPH Surakarta di beberapa blok).
- Berikan reward signifikan bagi masyarakat yang melaporkan pembalakan (minimal Rp10-25 juta per kasus besar).
- Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan
- Kembangkan program agroforestry intensif: tanam kopi, durian, alpukat, dan petai yang bernilai ekonomi tinggi di lahan-lahan milik masyarakat (bukan di dalam kawasan hutan lindung).
- Dorong wisata berbasis masyarakat (homestay, tracking, edukasi karst) di desa-desa penyangga seperti Desa Sendangijo, Paranggupito, dan Conto.
- Kerjasama dengan perusahaan swasta untuk program CSR penanaman pohon sekaligus adopsi desa wisata.
- Penguatan Kesadaran dan Edukasi
- Masifkan kampanye “Hutan Lestari, Wonogiri Sejahtera” melalui media lokal, sekolah, dan pondok pesantren.
- Libatkan tokoh agama dan adat untuk menjadi duta pelestarian hutan.
- Pengembangan Wisata Alam Berkelanjutan
- Percepat pengembangan destinasi unggulan
- Terapkan sistem tiket terintegrasi dan pembatasan jumlah pengunjung agar tidak terjadi overcapacity.
- Bangun brand “Wonogiri Green Destination” yang menjual keaslian dan kelestarian alam.
Baca juga : Program Makan Bergizi Gratis 2026: Dari Piring Anak hingga Denyut Ekonomi Kerakyatan
Pembalakan liar di hutan lindung Wonogiri bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga ancaman terhadap masa depan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan kombinasi penegakan hukum yang tegas, pemberdayaan ekonomi yang nyata, dan pengembangan wisata alam berkelanjutan, Wonogiri memiliki peluang besar untuk bertransformasi dari “kabupaten tertinggal” menjadi salah satu destinasi ekowisata terbaik di Jawa Tengah.
Keindahan alam Wonogiri hanya akan abadi jika kita semua—pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha—bersama-sama menjaganya. Saatnya berhenti hanya mengeluh tentang kayu yang hilang, dan mulai menanam benih-benih masa depan yang hijau dan berkelanjutan.
“Hutan bukan warisan leluhur, tapi titipan anak cucu.” Mari kita jaga titipan itu dengan sungguh-sungguh.
Pewarta : Nandang Bramantyo

