
RI News Portal. Wonogiri, — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri menyelenggarakan Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana di Gedung Kelurahan Jatipurno, Rabu (23/7). Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 13.00 WIB dan diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk relawan Desa Tangguh Bencana (Destana), perangkat kelurahan, serta warga setempat. Pelatihan ini merupakan bagian dari strategi sistematis untuk membangun resiliensi masyarakat terhadap potensi risiko bencana yang semakin kompleks dan meningkat akibat perubahan iklim dan degradasi lingkungan.
Kepala Bidang Pencegahan BPBD Wonogiri, Sri Maryati, S.Sos., M.A.P, dalam sambutannya menekankan bahwa pelatihan ini merupakan implementasi dari pendekatan capacity building masyarakat dalam kerangka pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. “Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar mampu mengambil inisiatif dan tindakan tepat dalam mengurangi dampak bencana di lingkungan mereka. Pengetahuan dasar, strategi mitigasi, prosedur evakuasi, hingga penggunaan peralatan darurat merupakan materi pokok yang disampaikan,” jelas Sri Maryati.

Pelatihan ini juga sejalan dengan prinsip Community-Based Disaster Risk Reduction (CBDRR), di mana masyarakat bukan hanya sebagai objek perlindungan, tetapi menjadi aktor utama dalam proses pengurangan risiko bencana. Pendekatan ini semakin relevan dalam konteks wilayah rawan bencana seperti Kabupaten Wonogiri, yang menghadapi risiko tanah longsor, banjir, dan kekeringan musiman.
Staf Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Wonogiri, Richard Fransiscus, S.H, menambahkan bahwa pelatihan ini menitikberatkan pada peningkatan kesadaran dan kesiapan masyarakat terhadap ancaman bencana. “Kami melatih peserta untuk mengenali potensi bahaya di wilayah masing-masing, memahami teknik mitigasi yang efektif, dan meningkatkan keterampilan dalam melakukan evakuasi. Salah satu praktik nyata adalah penanaman pohon aren di lereng-lereng rawan longsor. Tanaman ini tidak hanya berfungsi ekologis tetapi juga memiliki nilai sosial dan ekonomi bagi warga,” ujar Richard.
Baca juga : Penyerapan Jagung Lokal oleh Perum Bulog di Gayo Lues: Upaya Konkret Mendukung Ketahanan Pangan Nasional
Lebih jauh, ia menekankan bahwa penerapan praktik lokal berbasis pengalaman dan pengetahuan masyarakat menjadi unsur penting dalam merancang strategi adaptif yang kontekstual. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat sistem peringatan dini dan tanggap darurat, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dalam komunitas.
Pelatihan ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah kelurahan. Lurah Jatipurno, Sularno, menyatakan bahwa agenda ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah kelurahan dalam membina relawan dan membentuk masyarakat siaga bencana. “Salah satu bentuk kesiapsiagaan sosial adalah keberadaan relawan Destana. Kami ingin memastikan bahwa relawan dan warga memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bertindak cepat dan tepat saat bencana terjadi,” jelasnya.
Secara akademis, kegiatan ini mencerminkan integrasi antara top-down policy dari pemerintah daerah dengan bottom-up initiative dari masyarakat. Kegiatan pelatihan seperti ini tidak hanya meningkatkan kesiapan teknis, tetapi juga memperkuat modal sosial (social capital) dalam konteks pengelolaan risiko bencana.
Dari sudut pandang kebijakan, pelatihan ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam setiap fase kebencanaan, mulai dari pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi. Selain itu, program ini mendukung implementasi Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015–2030 yang menekankan pengurangan risiko berbasis masyarakat dan penguatan kelembagaan lokal.
Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana yang dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Wonogiri di Kelurahan Jatipurno tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga transformatif. Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya dibekali dengan teori, tetapi juga praktik nyata yang kontekstual dengan kondisi lokal. Inisiatif ini menjadi contoh baik dalam membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana secara partisipatif, inklusif, dan berkelanjutan.
Pewarta : Nandar Suyadi
