
RI News Portal. Kebumen 7 Juli 2025 — Tradisi tasyakuran Memetri Bumi atau Merdi Desa di Desa Klirong, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, kembali digelar dengan nuansa budaya yang kental. Acara yang berlangsung di halaman Kantor Desa Klirong pada Sabtu malam, 5 Juli 2025, menghadirkan pertunjukan wayang kulit sebagai puncak perayaan, menegaskan semangat pelestarian seni tradisional sebagai bagian integral dari pembangunan desa.
Pagelaran wayang kulit ini menampilkan dua dalang ternama, yaitu Ki Dalang Eko Suwaryo bersama karawitan Sekar Bima, serta penampilan pembuka dari Ki Dalang Teguh Kabumian. Ribuan warga memadati arena pertunjukan, menegaskan antusiasme masyarakat dalam merawat budaya warisan leluhur.
Ki Dalang Eko Suwaryo membawakan lakon “Mbangun Bangsal Prabayeksa”, yang menurutnya sarat dengan makna filosofis. Lakon ini menggambarkan upaya menghimpun kekuatan para penggawa praja demi menciptakan kemakmuran, keadilan, dan ketenteraman rakyat, sejalan dengan cita-cita Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
“Lakon ini menjadi simbol harapan agar pemerintahan desa dan seluruh elemen masyarakat dapat bersatu untuk mewujudkan kesejahteraan bersama,” ujar Ki Dalang Eko sebelum memulai pentas.

Sementara itu, Ki Dalang Teguh Kabumian membuka acara dengan lakon “Taruna Kala Jaya”, yang menonjolkan nilai semangat kepemudaan menuju Indonesia Emas dengan menjunjung tinggi budi pekerti dan karakter luhur.
Menurut Kepala Desa Klirong, Slamet, kegiatan tasyakuran merdi desa menjadi agenda tahunan yang sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) periode ketiga, termasuk pagelaran wayang kulit yang diadakan setiap tiga tahun sekali sebagai wahana edukasi budaya. Selain itu, acara juga diisi doa bersama, santunan anak yatim, serta penyaluran zakat dan infaq dari UPZ Desa Klirong.
“Ini adalah bagian dari rasa syukur sekaligus penghormatan kepada bumi dan lingkungan tempat kita hidup. Budaya, agama, dan nilai-nilai sosial kita rangkai dalam satu kesatuan,” tutur Slamet.
Acara ini turut dihadiri Bupati Kebumen Lilis Nuryani, jajaran Forkopimcam Klirong (Camat, Kapolsek, Danramil), Kepala BKPSDM Kebumen, seluruh kepala desa se-Kecamatan Klirong, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta warga desa dan sekitarnya.
Baca juga : Pegawai Bapenda Kota Semarang Akui Musnahkan Buku Catatan Iuran: Diduga Atas Perintah Kepala Bapenda
Dalam sambutannya, Bupati Lilis Nuryani menyampaikan apresiasi terhadap upaya pelestarian budaya yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Klirong. Menurutnya, wayang kulit bukan semata hiburan, tetapi juga ruang pendidikan nilai luhur yang harus dijaga.
“Wayang kulit yang kita nikmati malam ini adalah warisan budaya adiluhung. Ki Dalang Eko Suwaryo dan Ki Dalang Teguh Kabumian telah menghadirkan kisah-kisah dengan nilai luhur yang relevan untuk masyarakat masa kini,” ujar Bupati Lilis.
Ia juga menegaskan bahwa pembangunan Kebumen harus dimulai dari desa, dengan merawat budaya, memperkuat pelayanan publik, serta mendukung pemberdayaan ekonomi lokal.
“Membangun Kebumen berarti membangun desa-desa di dalamnya. Pemerintah daerah siap bersinergi, tetapi tentu kami memerlukan kolaborasi seluruh elemen masyarakat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bupati mengajak masyarakat untuk menumbuhkan optimisme, memelihara lingkungan, mendukung UMKM, dan memperkokoh identitas budaya agar desa menjadi pusat harapan dan kemajuan generasi mendatang.
“Saya percaya pada potensi desa, dan saya percaya pada kemampuan panjenengan semua. Mari kita jadikan desa bukan hanya tempat tinggal, tetapi tempat bertumbuhnya harapan, kemajuan, dan masa depan generasi kita,” pungkas Bupati Lilis Nuryani.
Pagelaran wayang kulit dalam rangka Memetri Bumi/Merdi Desa Klirong ini tidak hanya memperkuat dimensi spiritual dan budaya masyarakat, tetapi juga menunjukkan keterhubungan nilai-nilai kearifan lokal dengan agenda pembangunan desa yang berkelanjutan. Dengan mengusung narasi harmoni antara budaya, pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat, kegiatan ini merepresentasikan model pembangunan desa berbasis nilai luhur, yang relevan untuk dikembangkan di banyak wilayah lain di Indonesia.
Pewarta : Dimas Syarif

