RI News Portal. Banjarnegara, 27 November 2025 – Setelah 10 hari penuh melakukan pencarian intensif di tengah medan ekstrem, operasi pencarian dan pertolongan korban tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banjarnegara, resmi ditutup pada Selasa (25/11/2025). Hingga penutupan, 11 dari total 28 warga yang dilaporkan tertimbun masih belum berhasil ditemukan.
Penutupan operasi ditandai dengan doa lintas agama dan tabur bunga di tepi zona longsor yang kini dijaga ketat karena rawan longsor susulan. Hadir dalam acara sederhana namun khidmat itu Bupati Banjarnegara dr. Amalia Desiana, Wakil Bupati H. Wahid Jumali, Dandim 0704/Banjarnegara, Kapolres Banjarnegara AKBP Mariska Fendi Susanto, Kepala Basarnas Provinsi Jawa Tengah, serta pimpinan BPBD setempat.
Dalam pernyataan resminya, Kapolres Banjarnegara menegaskan bahwa keputusan penghentian bukan karena kurangnya usaha, melainkan pertimbangan keselamatan personel dan analisis teknis yang menunjukkan probabilitas menemukan korban dalam kondisi hidup sudah sangat kecil.

“Selama sepuluh hari, tim gabungan yang terdiri atas lebih dari 400 personel dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, Tagana, PMI, dan ratusan relawan lokal bekerja tanpa henti. Kami bahkan masih menemukan lima jenazah pada hari terakhir pencarian, antara pukul 13.20 hingga 14.36 WIB,” ujar AKBP Mariska Fendi Susanto.
Ia menjelaskan, kedalaman material longsor yang mencapai 15–20 meter di beberapa titik, ditambah struktur tebing yang terus bergerak, membuat penggunaan alat berat berisiko tinggi memicu longsor baru. Pencarian manual dengan anjing pelacak (K-9) dan life detector juga telah dilakukan hingga batas maksimal yang aman.
Dari data terverifikasi BPBD Banjarnegara, total korban yang tercatat 28 orang. Sebanyak 17 korban telah berhasil dievakuasi (12 di antaranya meninggal dunia di lokasi, 5 selamat dengan luka berat). Sementara 11 orang lainnya hingga kini berstatus hilang dan diasumsikan tertimbun di bawah lapisan tanah yang sangat tebal.
Ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang turut dilibatkan dalam asesmen lapangan menyatakan bahwa zona longsor Situkung masih dalam fase “aktif sekunder”. Curah hujan tinggi dalam sepekan terakhir menyebabkan rembesan air terus melemahkan bidang gelincir, sehingga area seluas hampir 7 hektare tersebut berpotensi kembali bergerak dalam skala besar.
“Penutupan operasi SAR memang sudah tepat dari sisi keselamatan. Namun ini juga menjadi sinyal bahwa relokasi permanen bagi warga yang rumahnya berada di zona merah harus segera direalisasikan,” kata Dr. Indra Permanajati, dosen Teknik Geologi Unsoed, kepada wartawan di posko utama.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol Artanto menegaskan bahwa meskipun fase pencarian korban berakhir, tahap tanggap darurat bencana belum selesai. Saat ini terdapat 487 jiwa dari 142 kepala keluarga yang masih mengungsi di tiga titik pengungsian.
“Fokus berikutnya adalah memastikan layanan kesehatan, logistik, dan trauma healing bagi pengungsi. Secara paralel, pemerintah kabupaten bersama Kementerian PUPR sedang menyusun rencana relokasi permanen ke lahan yang lebih aman,” ujar Kombes Artanto.

Bupati Amalia Desiana menambahkan bahwa pihaknya telah mengajukan tambahan anggaran stimulus pemulihan ke BNPB serta bantuan hunian sementara (huntara) sebanyak 150 unit yang ditargetkan rampung dalam 45 hari ke depan.
Meski operasi pencarian resmi berakhir, keluarga korban yang masih hilang menyatakan akan tetap berharap. “Kami paham risiko yang dihadapi tim, tapi hati orang tua mana yang bisa menerima anaknya ditinggalkan begitu saja di bawah tanah,” ucap Sukarmi (58), ibu dari salah satu korban yang belum ditemukan, dengan suara tercekat.
Penutupan operasi SAR Situkung menjadi pengingat keras bahwa ancaman bencana geologis di wilayah pegunungan Jawa Tengah masih sangat nyata, terutama di tengah pola cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
Pewarta: Nandang Bramantyo

